Penulis Konten
  • Home
  • Artikel
    • Strategi Konten
    • Digital Marketing
    • Bisnis
    • Social Media Marketing
    • Branding
  • Klien
    • SEO Strategies
    • Content Writing
    • Social Media Marketing
    • Ghost Writing
    • Branding
  • Portofolio
    • Konten
    • Buku
    • Marketing Kit
    • Speaker/mentor
  • Tentang Kami

Tentang Kami

Services

Kontak Kami

Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sering disepelekan saat menulis konten, apalagi oleh penulis pemula yang baru mulai terjun. Padahal, riset itu bukan cuma soal mengumpulkan data, tapi tentang memahami topik secara utuh sebelum mulai merangkai kalimat.

Tanpa riset yang cukup, tulisan gampang melenceng, dangkal, atau malah salah arah. Hasilnya bisa bikin pembaca kecewa atau ragu. 

Makanya, langkah awal sebelum nulis seharusnya bukan langsung buka Words dan mengetik saja, tapi gali informasi sedalam mungkin dulu.

Apa Pentingnya Riset sebelum Menulis?

Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sebelum menulis bukan cuma teori yang sering diulang-ulang. Ini adalah langkah dasar yang menentukan kualitas akhir sebuah tulisan. Dengan riset yang tepat, penulis bisa menyusun konten yang bukan hanya informatif, tapi juga relevan dan meyakinkan. 

Supaya lebih jelas, berikut beberapa alasan kuat mengapa riset perlu dilakukan sejak awal sebelum mulai menulis.

1. Meningkatkan Akurasi Informasi

Salah satu kesalahan umum penulis pemula adalah menulis berdasarkan ingatan atau asumsi pribadi. Padahal, informasi akan terus berkembang. Fakta yang valid tahun lalu bisa saja sudah usang hari ini. Jangankan hitungan tahun, dalam beberapa jam, sebuah fakta bisa saja berubah.

Tanpa riset, konten rawan menyebarkan info yang salah. Misalnya, saat menulis soal investasi, banyak istilah teknis yang harus dijelaskan dengan benar. Salah kutip angka atau salah jelaskan istilah bisa bikin pembaca salah paham, bahkan rugi.

Riset bantu penulis mengecek informasi langsung dari sumber asli—seperti situs resmi, jurnal, laporan lembaga, atau berita tepercaya. Tujuannya bukan cuma biar tulisan lengkap, tapi juga aman dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tulisanmu dipercaya, pembaca akan balik lagi.

Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten

2. Memahami Audiens dengan Lebih Baik

Konten yang bagus bukan cuma soal apa yang ditulis, tapi untuk siapa ditulis. Penulis sering lupa menyesuaikan gaya dan isi tulisan dengan karakter pembacanya. Di sinilah riset audiens jadi penting. 

Misalnya mau nulis tentang tip menabung. Kalau targetnya mahasiswa, pendekatannya akan beda dibanding jika targetnya karyawan usia 30-an.

Riset audiens bisa dilakukan lewat baca komen di artikel serupa, lihat postingan populer di media sosial, atau cek pertanyaan yang sering muncul di forum seperti Quora atau Reddit. Dari situ, penulis bisa tahu gaya bahasa apa yang cocok, seberapa dalam penjelasan yang dibutuhkan, dan masalah apa yang paling sering mereka hadapi. 

Dengan begitu, penulis akan lebih mudah membuat konten yang lebih mengena dan nggak terasa kaku atau terlalu umum.

3. Membangun Kredibilitas Tulisan

Orang akan lebih percaya pada tulisan yang punya dasar. Kalau kamu menulis pakai opini pribadi tanpa dukungan data, pembaca bisa anggap itu cuma pendapat sepihak. 

Tapi kalau kamu menyisipkan fakta dari sumber yang valid—misalnya jurnal ilmiah, laporan riset, atau pakar di bidang tersebut—tulisanmu akan lebih berbobot. Misalnya, saat menulis tentang perubahan iklim, kutipan dari IPCC (lembaga PBB untuk iklim) jauh lebih kuat dibanding kutipan dari blog biasa. 

Menyebut sumber juga menunjukkan kamu menghargai kerja orang lain dan tidak asal klaim. Ini penting, apalagi kalau kamu ingin tulisanmu masuk ke media besar, atau dipakai untuk keperluan profesional.

4. Menghindari Plagiarisme dan Duplikasi

Plagiarisme bukan cuma soal menyalin bulat-bulat, tapi juga bisa terjadi saat menulis terlalu mirip dari satu sumber. Penulis pemula kadang tak sadar sudah terlalu meniru struktur atau gaya dari artikel yang dibacanya. 

Nah, dengan riset dari banyak sumber, kamu bisa mengombinasikan ide dan menyusun ulang informasi jadi versi kamu sendiri.

Misalnya kamu baca lima artikel tentang topik yang sama. Setiap artikel mungkin punya sudut pandang yang berbeda. Dari sana, kamu bisa melihat celah yang belum dibahas atau justru menggabungkan beberapa poin menjadi insight baru.

Hasilnya akan jauh lebih original dan punya nilai tambah dibanding menulis ulang dari satu artikel saja.

5. Menemukan Angle atau Topik yang Unik

Saat menulis tentang topik yang sudah umum, tantangan utamanya adalah membuat tulisanmu tetap menarik dan standout di antara ratusan—bahkan ribuan artikel bertopik serupa lainnya. Di sinilah pentingnya riset mendalam. Riset bukan cuma soal “apa yang sudah ditulis orang lain”, tapi juga tentang “apa yang belum ditulis”.

Contoh: topik “manfaat meditasi” sudah sangat umum. Tapi lewat riset, kamu bisa menemukan pendekatan yang belum banyak diangkat, seperti “manfaat meditasi untuk pekerja shift malam” atau “meditasi untuk mengurangi overthinking sebelum tidur”. 

Riset bisa dilakukan dengan cek keyword long-tail, membaca jurnal baru, atau memperhatikan pertanyaan unik dari forum diskusi. Sudut pandang seperti ini bikin tulisanmu lebih fresh dan berpeluang lebih tinggi dibaca.

6. Mendukung Strategi SEO

Kalau menulis untuk dipublikasikan online, kamu nggak bisa lepas dari SEO (Search Engine Optimization). Tujuannya sederhana: supaya tulisanmu muncul di hasil pencarian Google. Ini menunjukkan pentingnya riset keyword. Tanpa riset, kamu bisa aja bikin tulisan yang bagus tapi sepi pembaca.

Keyword research membantu kamu tahu apa yang orang cari, seberapa besar volume pencariannya, dan bagaimana tingkat persaingannya. Misalnya, kata kunci “tips menabung” sangat umum dan persaingannya tinggi. Tapi setelah riset, kamu bisa nemu varian seperti “cara menabung gaji UMR” atau “menabung untuk dana darurat” yang lebih spesifik dan relevan.

Tools seperti Google Trends, Ubersuggest, atau Keyword Planner bisa bantu cari keyword ini. Selain itu, kamu juga bisa pelajari struktur artikel yang muncul di halaman pertama Google. Dari situ, kamu bisa sesuaikan struktur dan sudut pandang supaya tulisanmu punya peluang bersaing.

7. Menguatkan Struktur dan Alur Tulisan

Banyak penulis pemula langsung nulis tanpa bikin kerangka dulu. Akibatnya, tulisan jadi loncat-loncat, enggak nyambung antar paragraf, atau malah ngalor-ngidul. 

Riset membantu menyusun struktur yang solid. Dengan banyak data dan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya, kamu bisa menentukan bagian mana yang jadi pembuka, pendalaman, dan penutup.

Misalnya kamu mau nulis “cara mengatur waktu untuk freelancer”. Setelah riset, kamu mungkin menemukan bahwa masalah terbesar justru bukan pada alat bantu, tapi pada mindset. Maka kamu bisa mulai dari pengantar soal tantangan umum freelancer, lanjut ke alasan pentingnya mindset, baru ke solusi teknis seperti to-do list atau aplikasi pengatur waktu.

Dengan alur seperti ini, pembaca akan merasa diajak jalan bareng dari awal sampai akhir. Enggak bingung dan enggak bosan.

Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca

Pentingnya riset tak bisa dianggap sepele kalau ingin menghasilkan tulisan yang benar-benar berkualitas. 

Riset jadi fondasi yang menopang isi, struktur, dan kepercayaan pembaca terhadap konten yang disajikan. Makin dalam riset yang dilakukan, makin kuat juga hasil akhirnya. 

Menulis bukan soal cepat selesai, tapi bagaimana caranya bisa memberi nilai lewat informasi yang akurat, relevan, dan punya sudut pandang yang jelas.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Dalam dunia digital marketing, SEO on-page sering disebut sebagai langkah pertama yang harus dikuasai. Tapi ternyata, itu baru separuh dari perjalanan. Masih ada sisi lain yang nggak kalah penting dan justru sering luput dari perhatian—padahal pengaruhnya besar terhadap performa website di hasil pencarian.

Banyak yang masih bingung, mana yang lebih penting: optimasi dari dalam situs atau membangun reputasi dari luar? Jawabannya nggak sesederhana memilih satu sisi. Justru, keduanya saling melengkapi dan punya peran masing-masing. Yuk, kenali dulu dasarnya sebelum mulai menentukan strategi yang pas.

Perbedaan SEO On-Page dan Off-Page yang Perlu Diketahui

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Biar nggak makin bingung bedain antara SEO on-page dan off-page, coba simak beberapa perbedaan utamanya berikut ini. Penjelasannya simpel dan langsung ke poinnya, jadi gampang dicerna.

1. Fokus Optimasi

SEO on-page lebih banyak bermain di dalam rumah sendiri. Artinya, semua hal yang bisa dilihat atau dirasakan langsung dari website—mulai dari kontennya, struktur halaman, sampai tata letak elemen SEO—itu masuk ranah on-page. Tujuannya supaya mesin pencari bisa lebih mudah memahami isi situs. 

Sementara SEO off-page justru bekerja dari luar. Fokusnya adalah membangun citra dan kekuatan situs dari koneksi eksternal seperti backlink dan promosi. Jadi, walaupun nggak tampak langsung di halaman, efeknya sangat berpengaruh ke peringkat.

Baca juga: 6 Teknik Digital Marketing yang Paling Sering Digunakan

2. Kontrol Penuh

Salah satu kelebihan SEO on-page adalah kontrol penuh ada di tangan pemilik website. Mau ubah judul, perbaiki struktur kalimat, atau tambahkan gambar, semua bisa dilakukan kapan saja. Ini bikin proses optimasi jadi lebih fleksibel. 

Berbeda dengan SEO off-page yang sebagian besar bergantung pada pihak luar. Misalnya, dapat backlink dari situs lain atau dibicarakan di media sosial. Kita cuma bisa berusaha, tapi nggak bisa atur hasilnya langsung.

3. Elemen yang Dioptimasi

Dalam SEO on-page, elemen yang dioptimasi mencakup banyak hal teknis dan konten. Judul artikel harus mengandung kata kunci yang pas. Meta deskripsi perlu menarik dan menjelaskan isi artikel secara singkat. Struktur heading juga penting agar pembaca dan mesin pencari nggak bingung. Ditambah lagi dengan optimasi gambar, penggunaan URL yang rapi, dan kecepatan loading halaman. Semua ini saling melengkapi supaya halaman lebih SEO-friendly.

Sementara SEO off-page lebih menekankan ke hal-hal seperti backlink dari situs lain. Makin banyak dan makin berkualitas backlink-nya, makin bagus performa SEO. Selain itu, faktor lain seperti share di media sosial, review, dan sebutan merek (brand mention) juga ikut dinilai oleh mesin pencari. Jadi meskipun tak tampak di halaman, semuanya ikut bantu dorong peringkat.

4. Tujuan Utama

SEO on-page bertujuan bikin isi website mudah dipahami oleh mesin pencari dan nyaman dibaca manusia. Jadi, fokusnya bukan cuma soal teknis, tapi juga pengalaman pengguna. Konten harus relevan dan menjawab pertanyaan pengunjung. Struktur halaman juga harus rapi agar mudah dijelajahi. 

Sedangkan SEO off-page lebih ke soal membangun kredibilitas. Tujuannya supaya situs dianggap layak dipercaya dan punya otoritas tinggi dibanding situs lain.

5. Dampak terhadap Ranking

Dampak SEO on-page terasa langsung pada kualitas dan relevansi konten. Semakin rapi dan informatif isi halaman, makin besar kemungkinan masuk ke halaman pertama hasil pencarian. Tapi kalau cuma andalkan on-page, hasilnya belum tentu maksimal.

 SEO off-page membantu dorong kepercayaan dan kekuatan domain. Backlink dari situs besar, misalnya, bisa jadi sinyal ke Google kalau situs tersebut layak diberi peringkat tinggi. Kombinasi keduanya jauh lebih efektif daripada mengandalkan salah satu.

Bagaimana Keduanya Saling Melengkapi untuk Hasil yang Optimal?

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai


SEO on-page dan off-page sebenarnya saling melengkapi, bukan saling gantiin. Kalau dianalogikan, SEO on-page itu seperti menata isi rumah agar nyaman dan menarik, sedangkan SEO off-page itu seperti membangun reputasi di lingkungan sekitar. Keduanya perlu jalan bareng supaya situs bisa tampil maksimal di mata mesin pencari.

1. Mulai dari Fondasi: Perkuat SEO On-Page Terlebih Dahulu

Sebelum promosi ke luar, isi website harus kuat dulu. Fokus dulu ke konten yang berkualitas, struktur heading yang jelas, penggunaan keyword yang pas, dan pengalaman pengguna yang nyaman. Pastikan loading website cepat, tampilan mobile-friendly, dan semua halaman mudah dijelajahi. SEO off-page nggak akan banyak membantu kalau fondasi situsnya sendiri belum siap.

2. Buat Konten yang Pantas Dibagikan

Konten yang informatif dan relevan lebih mudah mendapat backlink dan share. Jadi, SEO on-page mendukung SEO off-page secara langsung. Misalnya, artikel yang menjawab pertanyaan spesifik dan dilengkapi data aktual cenderung dijadikan referensi oleh situs lain. Ini bisa memicu backlink alami tanpa harus minta.

3. Gunakan Internal Link untuk Perkuat Struktur

Internal link bukan cuma bantu pengunjung pindah antar halaman, tapi juga bantu mesin pencari memahami hubungan antar topik dalam website. Ini adalah bagian dari SEO on-page yang sering dilupakan. Ketika situs mulai mendapat backlink (off-page), link internal bantu mendistribusikan nilai SEO ke halaman lain, jadi tidak hanya satu halaman yang kuat, tapi seluruh struktur situs ikut terdorong.

4. Bangun Kredibilitas Lewat Backlink Berkualitas

Setelah konten siap dan struktur on-page optimal, mulai kerja SEO off-page. Caranya bisa dengan guest post di blog lain, kerja sama dengan media online, ikut diskusi di forum yang relevan, atau promosi lewat media sosial. Tujuannya satu: dapat backlink dari situs tepercaya. Mesin pencari akan lihat ini sebagai sinyal positif bahwa situs punya reputasi baik.

5. Konsisten Bangun Reputasi Brand di Luar Situs

SEO off-page nggak cuma soal backlink. Brand mention tanpa link pun bisa ikut memengaruhi peringkat. Jadi, aktiflah di media sosial, bangun komunitas, dan hadir di berbagai platform. Ini bantu memperkuat eksistensi situs di luar halaman utama, yang akan berdampak positif pada SEO secara keseluruhan.

6. Pantau Kinerja dan Lakukan Penyesuaian

Setelah dua-duanya berjalan, penting untuk evaluasi. Lihat halaman mana yang mulai naik peringkat dan mana yang butuh didorong lagi. Gunakan tools seperti Google Search Console, Google Analytics, atau Ahrefs. Dari situ bisa terlihat, apakah SEO on-page perlu perbaikan lagi, atau strategi off-page-nya yang harus ditingkatkan.

7. Jadikan SEO sebagai Proses Terus-Menerus

SEO bukan kerja sekali jadi. Perlu pemeliharaan terus-menerus. Konten lama perlu di-update, tautan yang rusak harus diperbaiki, dan backlink baru tetap harus dicari. On-page menjaga kualitas dari dalam, off-page menjaga kekuatan dari luar. Keduanya harus terus dipelihara bareng-bareng.

Baca juga: Teknik Digital Marketing untuk Website agar Trafik Meningkat Secara Organik

Seo on-page memang jadi pondasi awal, tapi nggak akan lengkap tanpa didukung strategi off-page yang solid. Keduanya bukan untuk dipilih salah satu, tapi dikerjakan bareng supaya hasilnya maksimal. 

Dengan konten yang rapi di dalam dan reputasi yang kuat di luar, performa website bisa naik pelan tapi pasti. Tinggal konsisten, evaluasi rutin, dan terus belajar menyesuaikan strategi. Dunia digital berubah cepat, jadi penting buat tetap lincah mengikuti arahnya.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Menggunakan AI sebagai Asisten Penulis: Batasan dan Etikanya

Menggunakan AI buat bantu kerjaan menulis sekarang sudah jadi hal yang lumrah. Banyak orang mulai terbiasa pakai teknologi ini untuk cari ide, menyusun outline, atau sekadar merapikan kalimat. Cepat, praktis, dan kelihatannya gampang banget dipakai siapa saja.

Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada banyak hal yang sebenarnya perlu dipikirkan dulu sebelum makin jauh bergantung sama AI. 

Pasalnya, menulis itu bukan cuma soal hasil akhir. Ada proses, ada etika, dan tentu saja ada batasan yang nggak bisa sembarangan diterabas begitu saja.

Menggunakan AI untuk Menulis

Menggunakan AI untuk menulis memang bisa bantu banyak hal. Tapi, ada beberapa batasan dan etika penting yang perlu dipahami dulu sebelum makin jauh mengandalkan teknologi ini. Berikut hal-hal yang wajib diperhatikan saat menggunakan AI dalam proses menulis.

1. AI itu Alat, Bukan Pengganti Otak Manusia

AI memang hebat. Bisa bantu banyak hal dalam proses menulis. Mulai dari cari ide, bikin kerangka, sampai merapikan kalimat. Tapi satu hal penting yang nggak boleh dilupakan: AI itu cuma alat. Bukan otak cadangan manusia.

Tulisan yang benar-benar bagus lahir dari cara berpikir penulisnya sendiri. Ada sudut pandang. Ada rasa. Ada pengalaman pribadi yang nggak bisa dicetak otomatis sama mesin. AI nggak pernah merasakan jatuh cinta, patah hati, gagal, atau bahagia karena hal kecil. AI cuma tahu pola.

Itu sebabnya, peran manusia tetap utama. AI boleh bantu, tapi keputusan terakhir tetap di tangan penulis. Mau pakai gaya seperti apa, mau ambil sudut pandang mana, semua itu nggak bisa digenerasi otomatis. Harus lahir dari pikiran dan hati penulis.

Kalau semua serba diserahkan ke AI, jadinya malah seperti tulisan pabrik. Rapi sih. Tapi hambar. Nggak ada napas manusianya sama sekali. Dan itu bukan esensi dari menulis.

Makanya, penting banget buat melihat AI sebagai asisten. Bukan bos. Bukan penentu isi. Dan jelas bukan pengganti kreativitas.

Baca juga: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penulis Konten Pemula

2. Hindari Copy-Paste Mentah

Fitur copy-paste itu memang gampang banget dipencet. Tapi bukan berarti semua hasil dari AI bisa langsung diambil mentah-mentah. Nggak semua hasil AI cocok buat langsung publish atau dikirim ke klien.

Kadang kalimat dari AI terasa kaku. Kadang terlalu datar. Kadang malah muter-muter nggak to the point. Bahkan ada juga yang bahasanya nggak sesuai sama target pembaca.

Nah, di sini peran manusia nggak bisa diganti. Hasil dari AI itu baru sebatas draf kasar. Ibaratnya masih bahan mentah. Harus diolah lagi. Harus dipilih mana yang layak dipakai, mana yang harus dibuang, mana yang perlu diganti.

Nggak jarang juga AI bikin fakta ngawur atau asal comot informasi. Apalagi kalau dimintai data atau angka. Makanya, hasil dari AI wajib dicek ulang. Wajib diedit biar lebih sesuai sama kebutuhan tulisan.

Proses mengedit ini justru bagian penting dalam kerja menulis. Karena di sinilah sentuhan manusianya terasa. Gaya bahasanya akan lebih cair. Kalimatnya lebih hidup. Dan yang paling penting: lebih relevan dengan pembacanya.

3. Perhatikan Hak Cipta dan Orisinalitas

Salah satu jebakan paling sering waktu pakai AI adalah soal orisinalitas. Banyak yang mikir, "Ah, kan ini hasil AI, aman dong dari plagiarisme." Padahal nggak selalu begitu.

AI belajar dari banyak sekali data di internet. Kadang tanpa sadar, hasilnya malah mirip banget sama tulisan orang lain. Bisa potongan kalimat. Bisa susunan ide. Bahkan ada juga yang hampir plek ketiplek.

Kalau sampai dipakai mentah-mentah, risikonya bahaya. Bisa kena tuduhan plagiat. Bisa rusak reputasi sebagai penulis. Dan yang paling parah, bisa berurusan dengan hukum.

Jadi, selalu penting buat ngecek ulang hasil tulisan AI. Bisa pakai tools cek plagiarisme. Bisa juga dibaca manual pakai feeling. Kalau terasa terlalu umum, terlalu standar, atau malah seperti pernah baca di tempat lain, lebih baik diulik ulang.

Selain itu, usahakan selalu kasih sentuhan pribadi. Tambahkan pengalaman sendiri. Tambahkan sudut pandang unik. Itu salah satu cara paling aman biar tulisan tetap orisinal dan beda dari yang lain.

4. Transparansi Itu Penting

Zaman sekarang, transparansi itu bagian dari etika profesional. Termasuk dalam dunia tulis-menulis. Kalau memang tulisan dibuat dengan bantuan AI, nggak ada salahnya untuk jujur dari awal.

Apalagi kalau kerja sama dengan klien. Lebih baik kasih tahu bahwa proses nulisnya dibantu AI, tapi tetap diedit dan dikembangkan sendiri. Ini justru menunjukkan kalau proses kerjanya fair dan terbuka.

Sebaliknya, kalau menutup-nutupi, nanti malah bisa jadi bumerang. Misalnya, klien tahu belakangan bahwa tulisannya hasil AI mentah. Padahal sudah bayar mahal dan berharap orisinalitas penuh.

Transparansi juga berlaku kalau bikin konten di platform publik. Misalnya di blog, media sosial, atau proyek profesional. Bisa kasih disclaimer kecil di akhir tulisan. Simpel saja, seperti, "Tulisan ini dibuat dengan bantuan AI dan melalui proses editing manual."

Ini bukan soal gengsi atau malu. Tapi soal tanggung jawab etika sebagai penulis. Karena jujur itu jauh lebih dihargai daripada kelihatan serba sempurna tapi penuh tipu-tipu.

5. AI Bukan Jawaban untuk Semua Jenis Tulisan

Memang ada banyak jenis tulisan yang bisa dibantu AI. Tapi nggak semua jenis tulisan cocok dibuat dengan AI. Ada tipe-tipe tulisan yang butuh rasa. Butuh pengalaman nyata. Butuh sudut pandang personal.

Misalnya tulisan opini. Cerita pengalaman. Storytelling. Atau tulisan yang isinya sangat spesifik dan dekat sama kehidupan pribadi. AI bisa bantu kerangka atau outline-nya. Tapi isi dalamnya tetap lebih enak kalau datang dari pengalaman langsung.

Karena kalau semuanya diserahkan ke AI, hasilnya bisa terasa kosong. Nggak ada emosi. Nggak ada cerita unik. Nggak ada momen-momen kecil yang cuma bisa didapat kalau memang pernah mengalami sendiri.

AI memang canggih. Tapi masih jauh dari bisa mengerti perasaan manusia. Dan itu nggak bisa dipaksakan. Jadi, jangan sampai tergoda buat semua jenis tulisan diserahkan ke AI. Tetap pilih-pilih. Mana yang bisa dibantu AI, mana yang lebih enak dikerjain full manual.

6. Tetap Asah Skill Menulis Manual

Ini bagian yang paling sering dilupakan orang. Karena merasa ada AI, jadi males nulis manual. Semua dilempar ke mesin. Semua minta auto jadi.

Padahal skill nulis manual itu aset penting. Kalau nggak pernah dilatih, lama-lama bakal tumpul. Lama-lama bakal kaku sendiri kalau diminta menulis tanpa bantuan AI.

Skill ini juga yang jadi pembeda antara penulis yang benar-benar andal sama penulis instan. Karena kemampuan mengolah kata, bikin narasi, atau menyusun kalimat yang enak dibaca itu nggak bisa lahir dalam semalam.

Makanya, meskipun AI ada, jangan lupa tetap sering latihan menulis manual. Bisa lewat journaling. Bisa lewat nulis bebas. Bisa juga lewat revisi tulisan AI biar lebih manusiawi.

Anggap saja AI itu seperti kalkulator. Memang bantu menghitung. Tapi dasar berhitung tetap harus bisa. Karena ujung-ujungnya, skill manusialah yang bikin tulisan jadi punya nyawa.

Baca juga: Mengapa Anda Butuh Penulis Artikel untuk Membantu Bisnis Anda? Berikut 6 Alasannya!

Menggunakan AI untuk menulis memang sah-sah saja, selama tahu cara pakainya dengan bijak. 

Teknologi ini bisa jadi alat bantu yang praktis, tapi tetap ada batasan yang nggak boleh dilanggar. Jangan sampai malah bikin lupa sama peran penting kreativitas dan sentuhan manusia dalam sebuah tulisan. 

Karena pada akhirnya, tulisan yang paling kuat dan berkesan tetap lahir dari ide, pengalaman, dan cara pandang asli penulisnya sendiri.

 Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

10 Teknik Digital Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Di era serba online kayak sekarang, bisnis nggak cukup cuma punya produk bagus. Saingan banyak, pilihan makin luas, dan pelanggan makin pintar. Supaya tetap dilirik, butuh strategi yang nggak cuma kreatif, tapi juga tepat sasaran. Di sinilah teknik digital marketing mulai ambil peran penting. Bukan cuma buat tampil eksis, tapi juga buat bantu menaikkan penjualan secara nyata.

Semua aktivitas promosi sekarang udah bergeser ke dunia digital. Mulai dari cari info sampai beli produk, hampir semua dilakukan lewat layar. Makanya, bisnis yang bisa adaptasi dan memanfaatkan peluang digital bakal punya keunggulan lebih. 

Tapi, cara mainnya juga nggak bisa sembarangan. Perlu pemahaman yang pas biar hasilnya maksimal dan nggak buang waktu atau biaya.

10 Teknik Digital Marketing untuk Menjual Lebih Banyak

10 Teknik Digital Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Supaya strategi yang dijalankan nggak cuma ramai di awal tapi juga beneran memberikan hasil, penting buat paham cara kerja masing-masing teknik digital marketing. Berikut beberapa cara yang bisa bantu meningkatkan penjualan kalau diterapkan dengan tepat.

1. SEO (Search Engine Optimization)

SEO itu cara biar website muncul di hasil pencarian Google. Jadi, waktu orang cari produk yang dijual, mereka bisa menemukan website kita lebih dulu. 

Caranya bisa dari pakai kata kunci yang tepat, optimasi halaman produk, sampai kecepatan loading website. SEO butuh waktu, tapi hasilnya jangka panjang. Semakin tinggi posisi di Google, makin besar peluang orang klik dan beli. Cocok banget buat yang pengin dapet traffic gratis terus-menerus.

Baca juga: Teknik Digital Marketing untuk Website agar Trafik Meningkat Secara Organik

2. SEM (Search Engine Marketing)

Kalau SEO itu organik, SEM lebih ke iklan berbayar. Contohnya Google Ads. Kita bisa pasang iklan yang muncul di hasil pencarian Google dengan target kata kunci tertentu. Ini cocok kalau butuh hasil cepat, misalnya lagi ada promo atau launching produk. 

Tapi karena berbayar, harus pintar atur bujet dan bikin copy iklan yang menarik. Supaya uang yang keluar bisa balik lewat penjualan.

3. Content Marketing

Intinya bikin konten yang bikin orang betah dan tertarik. Bisa dalam bentuk artikel blog, video, podcast, atau infografis. Tujuannya bukan langsung jualan, tapi kasih nilai tambah. 

Misalnya, jual skincare tapi bikin konten soal tips perawatan wajah. Kalau orang merasa terbantu, mereka bakal inget brand kita. Dan waktu butuh produk, mereka bisa langsung beli ke kita.

4. Email Marketing

Banyak yang mengira email itu sudah ketinggalan zaman, alias jadul. Padahal masih ampuh banget buat jualan. Lewat email, kita bisa kirim info promo, tip, atau update produk langsung ke inbox calon pembeli. 

Tapi jangan asal kirim, harus pakai strategi. Mulai dari bikin list email yang tepat, bikin judul menarik, sampai isi yang relevan dan personal. Kalau dilakukan dengan konsisten, email bisa jadi alat bangun loyalitas pelanggan.

5. Social Media Marketing

Platform kayak Instagram, TikTok, dan Facebook bukan cuma buat hiburan, tapi juga lahan jualan. Kita bisa bangun brand lewat konten yang relate dan menarik. Mulai dari posting foto produk, bikin reels, sampai live bareng followers. 

Interaksi juga penting. Balas komentar, jawab DM, dan ajak ngobrol audiens. Semakin aktif dan konsisten, makin besar peluang jualan kita naik.

6. Influencer Marketing

Kerja sama bareng influencer bisa bantu brand dikenal lebih luas. Tapi nggak harus yang followers-nya jutaan. Influencer kecil tapi punya audiens loyal justru kadang lebih efektif. Yang penting, pilih yang sesuai dengan produknya. 

Mereka bisa bantu review, bikin konten, atau sekadar mention brand. Karena audiens sudah percaya pada mereka, produk pun jadi lebih gampang dipercaya juga.

7. Affiliate Marketing

Sistemnya kayak bagi hasil. Produsen memberikan komisi ke orang yang bantu jualin produk lewat link atau kode referral. Jadi, mereka punya motivasi buat mempromosikan produknya juga. 

Cara ini minim risiko karena kita hanya perlu bayar kalau ada penjualan. Banyak brand besar pakai strategi ini buat meningkatkan jangkauannya. Kalau dikelola dengan baik, bisa bantu naikin omzet tanpa keluar banyak biaya di awal.

8. Retargeting Ads

Kadang orang sudah mampir ke website tapi nggak langsung beli. Nah, retargeting itu “mengejar” mereka lagi lewat iklan yang muncul di media sosial atau website lain. Tujuannya biar mereka ingat dan balik lagi. 

Misalnya, mereka liat sepatu tapi belum beli, nanti iklannya bakal muncul terus. Ini efektif karena targetnya sudah tertarik dari awal. Peluang closing jadi lebih besar dibanding yang belum kenal sama sekali.

9. Conversion Rate Optimization (CRO)

CRO itu upaya biar pengunjung website lebih gampang buat beli. Misalnya, tombol beli yang jelas, halaman simpel, dan proses checkout yang nggak ribet. 

Kadang orang batal beli cuma karena tampilan web-nya bikin bingung. Padahal produk dan harganya oke. Jadi, coba kecilkan hambatan teknis atau visual yang bikin orang batal transaksi. Semakin nyaman mereka belanja, makin tinggi konversinya.

10. Marketing Automation

Ini cocok buat yang pengin hemat waktu tapi tetap bisa maksimalkan pemasaran. Contohnya, kirim email otomatis buat welcome message, reminder keranjang belanja, atau ucapan ulang tahun. 

Semua bisa diatur pakai tools kayak Mailchimp atau Hubspot. Jadi, kita bisa fokus ke hal lain sambil pemasaran tetap jalan. Hemat tenaga, tapi tetap bisa jaga hubungan dengan pelanggan.

Baca juga: Digital Marketing: Pengertian, Pentingnya, dan Jenis-Jenis yang Perlu Diketahui

Ngobrol soal teknik digital marketing memang nggak ada habisnya, tapi sepuluh poin tadi udah cukup buat jadi bekal awal yang kuat. 

Nggak harus langsung diterapkan semua sekaligus. Cukup pilih yang paling cocok sama kondisi bisnis dulu, lalu kembangkan pelan-pelan. 

Setiap teknik punya kekuatan masing-masing, tinggal gimana cara mengolahnya biar hasilnya maksimal. Yang penting, tetap konsisten, terus belajar, dan siap adaptasi sama perubahan. Karena di dunia digital, yang cepat dan tepat biasanya yang menang.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

Jenis-Jenis Job Penulis Online yang Bisa Dicoba Pemula

Dunia penulisan online itu luas banget, nggak cuma soal nulis artikel doang. Ada banyak jenis job penulis online yang sekarang makin dibutuhkan, apalagi di era serba digital kayak sekarang. 

Menariknya lagi, banyak di antaranya yang bisa banget dicoba meski baru mulai belajar menulis.

15 Jenis Job Penulis Online untuk Pemula

Jenis-Jenis Job Penulis Online yang Bisa Dicoba Pemula

Selama mau terus belajar dan nggak takut coba hal baru, peluang untuk penulis online itu terbuka lebar. Setiap job juga punya tantangan dan karakter masing-masing. 

Nah, biar nggak bingung mau mulai dari mana, berikut beberapa jenis job penulis online yang bisa jadi langkah awal buat cari pengalaman — sekaligus cari cuan.

1. Penulis Artikel Website

Job ini paling umum dan banyak dicari. Tugasnya menulis artikel untuk website bisnis, blog, atau media online. Topiknya bisa beragam, mulai dari lifestyle, kesehatan, teknologi, sampai keuangan. Biasanya butuh riset sederhana biar tulisannya informatif. Cocok banget buat pemula karena banyak lowongan dan fee-nya lumayan untuk latihan.

2. Penulis Blog Pribadi

Menulis blog pribadi bisa jadi awal latihan sebelum ambil job klien. Bisa bebas pilih tema, gaya bahasa, dan cara bercerita. Selain buat portfolio, blog juga bisa jadi ladang cuan kalau trafiknya tinggi. Misalnya lewat adsense, content placement, atau endorse. Cocok buat yang mau belajar konsisten nulis dan bangun personal branding.

3. Penulis Copywriting Iklan

Job ini butuh skill nulis singkat tapi ngena. Biasanya dipakai untuk keperluan iklan online, seperti Facebook Ads, Google Ads, atau brosur digital. Tantangannya ada di merangkai kata yang bisa bikin orang tertarik dalam waktu singkat. Cocok buat yang suka main kata-kata kreatif. Fee-nya juga lebih tinggi dibanding artikel biasa.

4. Penulis Konten Media Sosial

Job ini tugasnya bikin caption dan konten untuk akun Instagram, TikTok, atau Twitter brand. Gayanya lebih santai, kadang lucu, dan harus sesuai karakter brand. Biasanya dituntut update tren biar kontennya nggak ketinggalan zaman. Cocok buat yang aktif di medsos dan suka nulis pendek-pendek. Banyak UMKM dan brand butuh jasa ini.

5. Penulis Konten SEO

Tugasnya mirip penulis artikel, tapi lebih fokus pada teknik SEO. Jadi harus paham penempatan kata kunci, struktur tulisan, dan teknik optimasi. Biasanya dituntut bikin artikel panjang dan mendalam. Cocok buat yang telaten riset dan suka nulis informatif. Skill ini banyak dicari karena penting buat website bisnis.

6. Penulis Script Video atau Podcast

Job ini butuh skill storytelling yang kuat. Tugasnya bikin naskah untuk video YouTube, TikTok, Reels, atau podcast. Gaya tulisannya harus enak didengar, nggak kaku, dan mengalir. Cocok buat yang suka mengobrol dan paham ritme pembicaraan. Fee-nya juga lumayan karena butuh kreativitas tinggi.

7. Penulis Deskripsi Produk

Kerjaannya bikin deskripsi singkat untuk produk di marketplace atau website brand. Tulisannya harus jelas, menarik, dan meyakinkan calon pembeli. Biasanya dibutuhkan di toko online atau brand UMKM. Cocok buat pemula karena nggak terlalu ribet. Tapi tetap butuh kejelian dalam merangkai kata.

8. Penulis Newsletter atau Email Marketing

Job ini fokus bikin email yang dikirim rutin ke pelanggan. Gaya tulisannya lebih personal, kadang santai, tapi tetap persuasif. Harus bisa bikin orang mau klik atau baca sampai habis. Cocok buat yang suka menulis dengan sentuhan storytelling. Banyak brand mulai aktif pakai email marketing, jadi peluangnya terbuka.

9. Ghostwriter (Penulis Bayangan)

Kerjaannya nulis untuk orang lain tapi nggak pakai nama sendiri. Biasanya dipakai untuk bikin buku, artikel, atau konten personal branding. Cocok buat yang nggak masalah nggak dapat credit name, tapi fee-nya lebih mahal. Perlu skill riset dan adaptasi gaya bahasa. Banyak dipakai oleh public figure atau pengusaha.

10. Penulis Caption Instagram atau Sosial Media

Mirip penulis konten media sosial, tapi fokus di bikin caption aja. Harus singkat, lucu, catchy, atau relatable. Biasanya dibutuhkan untuk akun bisnis, selebgram, atau influencer. Cocok buat pemula yang mau latihan main kata. Fee-nya per caption atau per paket posting.

11. Penulis e-Book

Job ini cocok buat yang suka nulis panjang dan detail. Bisa nulis atas nama sendiri atau klien. Topiknya bebas, dari tips praktis, tutorial, sampai cerita fiksi. Biasanya dibutuhkan untuk kebutuhan marketing atau dijual langsung. Fee-nya besar karena effort-nya juga besar.

12. Penulis Review Produk atau Jasa

Tugasnya bikin ulasan produk atau jasa tertentu. Bisa untuk blog, marketplace, atau media online. Harus objektif, jujur, dan mudah dipahami pembaca. Cocok buat yang suka coba-coba produk atau punya opini tajam. Job ini sering dicari brand atau agensi marketing.

13. Penulis Konten Branding Personal

Job ini fokus bantu orang bikin konten biar makin dikenal. Bisa untuk Instagram, LinkedIn, blog, atau Twitter. Harus paham karakter orang yang dibantu dan gaya komunikasinya. Cocok buat yang suka riset dan adaptasi gaya tulisan. Banyak dipakai oleh pebisnis, coach, atau freelancer.

14. Penulis Konten Website Company Profile

Job ini tugasnya bikin konten untuk website perusahaan. Biasanya berupa profil perusahaan, visi-misi, atau deskripsi layanan. Gaya tulisannya harus formal tapi tetap enak dibaca. Cocok buat pemula yang mau belajar nulis korporat. Fee-nya juga lumayan untuk ukuran pemula.

15. Penulis Cerita Fiksi atau Cerpen Berbayar

Job ini cocok buat yang suka bikin cerita. Banyak platform atau penerbit online yang butuh cerita fiksi pendek. Bisa juga dijual sendiri lewat platform digital. Cocok untuk menyalurkan hobi sekaligus cari cuan. Tantangannya ada di ide cerita yang fresh dan gaya bahasa yang menarik.

Dari semua jenis job penulis online di atas, nggak ada yang paling benar atau paling ideal buat semua orang. Semuanya balik lagi ke gaya menulis, minat, dan skill masing-masing. Ada yang nyaman menulis panjang lebar, ada juga yang justru lebih suka main kata singkat tapi ngena.

Yang penting, nggak perlu nunggu jago dulu buat mulai. Justru dengan coba-coba berbagai job tadi, skill menulis bisa makin terasah secara alami. Siapa tahu, dari iseng nulis online, malah jadi jalan karier baru yang nggak pernah kepikiran sebelumnya.

 Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Infografis jadi salah satu cara yang makin sering dipakai buat menyampaikan informasi ke banyak orang. Bukan cuma karena tampilannya menarik, tapi juga karena cocok banget buat zaman sekarang yang serba cepat dan orang nggak punya banyak waktu buat baca panjang-panjang.

Banyak orang sekarang lebih suka lihat yang visual daripada baca paragraf. Apalagi kalau informasinya padat atau berisi data. Rasanya jauh lebih enak kalau langsung disuguhkan dalam bentuk yang mudah dilihat dan dimengerti.

Alasan Infografis Bisa Efektif untuk Menyampaikan Informasi

Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Supaya lebih kebayang kenapa infografis bisa jadi pilihan yang efektif, ada beberapa alasan simpel yang bikin cara ini makin banyak dipakai. Yuk, simak penjelasannya satu per satu.

1. Menarik Perhatian

Orang cenderung lebih tertarik sama hal-hal yang visual. Warna, ikon, dan gambar bisa langsung bikin mata melirik. Kalau dibandingkan dengan tulisan panjang, infografis jauh lebih cepat membuat orang berhenti scroll dan mulai lihat isinya. Apalagi kalau desainnya rapi dan warnanya pas, makin enak dilihat dan bikin penasaran.

Baca juga: Step By Step Membuat Infografis yang Informatif untuk Keperluan Bisnis

2. Menyederhanakan Data Rumit

Angka-angka, grafik, atau info teknis kadang bisa membuat bingung kalau cuma ditulis. Nah, infografis bisa bantu meringkas semuanya itu agar jadi lebih gampang dipahami. 

Misalnya, statistik yang biasanya ribet bisa disulap jadi diagram lingkaran atau batang yang langsung menunjukkan perbandingannya. Jadi, orang bisa langsung menangkap maksudnya tanpa harus mikir keras.

3. Mempercepat Pemahaman

Otak manusia itu lebih cepat memproses gambar dibanding teks. Jadi, ketika lihat infografis, informasi langsung sampai ke otak. Tak perlu baca satu-satu, cukup lihat sekilas, sudah langsung bisa paham inti pesannya. 

Hal ini membantu banget kalau waktunya mepet atau ada info yang hendak disampaikan ke banyak orang dalam waktu singkat.

4. Meningkatkan Daya Ingat

Informasi yang dikemas dengan visual biasanya lebih gampang diingat. Misalnya, lihat gambar orang naik tangga sambil pegang uang, langsung teringat soal pertumbuhan finansial. 

Simbol-simbol seperti ini bisa bantu otak untuk menyimpan informasi lebih lama. Jadi, pesan yang disampaikan tak cuma masuk telinga kanan keluar kiri.

5. Mudah Dibagikan

Infografis itu fleksibel. Bisa dipasang di media sosial, masuk ke slide presentasi, atau bahkan dicetak buat ditempel di papan pengumuman. Karena bentuknya visual, orang juga lebih senang membagikannya ke orang lain yang sekiranya butuh. Jadi, pesan yang mau disebarkan bisa menjangkau lebih luas dan lebih cepat.

6. Menghemat Waktu

Bayangkan kalau kita harus baca tiga paragraf agar bisa paham satu informasi. Bandingkan dengan infografis yang bisa menyampaikan hal sama dalam satu gambar. Jelas lebih hemat waktu. Apalagi buat yang suka buru-buru atau tak punya banyak waktu baca, infografis jadi solusi paling praktis buat menyerap info penting.

Hal yang Perlu Diperhatikan agar Infografis Efektif

Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Biar infografis benar-benar ngena dan tak cuma enak dilihat saja, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan waktu bikin. Hal-hal ini bisa bantu infografis jadi lebih jelas, gampang dipahami, dan tepat sasaran.

1. Pahami Dulu Inti Pesannya

Sebelum mulai desain, harus tahu dulu info apa yang mau disampaikan. Jangan asal tempel data. Pilih poin yang paling penting dan buang yang tak perlu. Infografis yang bagus itu harus fokus, tak bikin bingung.

2. Gunakan Data yang Akurat

Informasi yang disajikan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kalau pakai angka atau fakta, pastikan sumbernya jelas dan valid. Salah data sedikit saja bisa bikin infografis jadi menyesatkan.

3. Pilih Desain yang Simpel tapi Menarik

Tampilan visual itu penting, tapi jangan berlebihan. Warna terlalu banyak atau ikon yang terlalu ramai justru bikin mata capek. Gunakan warna yang kontras biar gampang dibaca, tapi tetap kalem dan enak dilihat.

4. Gunakan Hierarki Visual

Atur elemen dari yang paling penting ke yang pendukung. Ukuran teks, posisi, atau warna bisa bantu menunjukkan mana informasi utama. Jadi orang bisa langsung tahu harus mulai baca dari mana.

5. Jangan Kebanyakan Teks

Infografis bukan tempat buat menulis paragraf panjang. Pakai kalimat pendek, poin-poin, atau angka yang jelas. Kalau bisa disingkat, singkat saja. Tujuannya biar orang bisa menangkap isi pesan dalam beberapa detik.

6. Gunakan Ikon dan Ilustrasi yang Relevan

Gambar itu harus bantu menjelaskan, bukan sekadar buat hiasan. Pilih ikon atau ilustrasi yang sesuai dengan kontennya. Misalnya, kalau ngobrol soal cuaca, pakai gambar matahari atau awan. Jangan malah pakai ilustrasi bunga cuma karena lucu.

7. Pastikan Bisa Dibaca di Berbagai Ukuran

Kadang infografis dilihat lewat HP, kadang lewat layar gede. Pastikan semua teks dan elemen tetap terbaca di ukuran kecil sekalipun. Gunakan font yang jelas dan ukuran huruf yang cukup besar.

8. Tambahkan Sumber atau Logo jika Perlu

Kalau infografis dibuat untuk kebutuhan resmi atau edukasi, cantumkan sumber datanya. Kalau buat branding, jangan lupa masukkan logo agar orang tahu siapa pembuatnya.

Baca juga: 10 Alasan Mengapa Desain Grafis Penting untuk Mengembangkan Usaha Kecil

Infografis bukan cuma soal desain yang keren, tapi juga soal bagaimana caranya membuat informasi lebih gampang dicerna. 

Di tengah banjirnya data dan konten setiap hari, cara penyampaian yang tepat bisa bikin pesan lebih cepat sampai ke sasaran. Selama dibuat dengan jelas, fokus, dan tetap relevan, infografis bisa jadi alat komunikasi yang powerful banget buat berbagai kebutuhan.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Ide Feed Instagram untuk Fotografer agar Karya Lebih Dilirik

Sebagai fotografer, kamu mungkin punya banyak hasil foto bagus. Masalahnya, bingung  juga ide feed Instagram kayak gimana yang cocok. 

Tenang, banyak kok yang mengalami hal serupa. Biar makin dilirik, fotografer juga perlu memikirkan cara penyajian visual di profilnya. 

Nah, salah satu hal penting yang bisa dipikirkan dari sekarang adalah ide feed Instagram. Bukan soal editan atau peralatan, tapi soal bagaimana cara bikin tampilan feed yang menarik dan bikin orang betah scroll.

Instagram itu bisa banget dianggap seperti galeri berjalan buat fotografer. Nggak cuma menunjukkan hasil karya, tapi juga jadi tempat buat bangun kesan pertama. Kalau tampilannya rapi dan punya ciri khas, besar kemungkinan orang bakal tertarik dan pengin tahu lebih banyak. 

Apalagi kalau tujuannya bukan cuma hobi, tapi juga untuk mendapatkan klien. Jadi, penting banget buat mengatur feed biar tampil maksimal.

Ide Feed Instagram untuk Fotografer

Ide Feed Instagram untuk Fotografer agar Karya Lebih Dilirik

Kalau masih bingung harus mulai dari mana, tenang saja. Ada banyak cara simpel yang bisa dipakai buat bikin tampilan akun Instagram lebih menarik. 

Beberapa ide feed Instagram ini bisa bantu menunjukkan gaya motret kamu dengan cara yang lebih terarah. Nggak harus ribet atau pakai konsep yang susah, yang penting konsisten dan sesuai karakter kamu sebagai fotografer. Yuk, cek satu per satu inspirasinya!

1. Grid Tematik per Baris

Coba atur feed per tiga foto dengan tema yang sama. Misalnya satu baris khusus buat potret, baris lain buat street photography, dan seterusnya. 

Feed jadi terlihat rapi dan lebih terorganisir. Orang yang mampir ke profil juga langsung tahu kamu jago di genre apa aja. Nggak cuma enak dilihat, cara ini juga bikin konten lebih konsisten. Cocok banget buat bangun kesan profesional.

Baca juga: Ide Feed Instagram untuk Desainer Grafis agar Portofolio Lebih Menonjol

2. Before & After Editing

Tunjukkan hasil editan kamu dengan cara seru. Posting versi mentah dan versi final secara berdampingan. Bisa pakai carousel atau dua foto yang berurutan. 

Cara ini bantu menunjukkan kemampuan editing yang mungkin nggak semua orang sadar. Apalagi buat fotografer yang fokus di retouch atau color grading, ini bisa jadi nilai plus. Konten kayak gini juga sering bikin orang penasaran dan stay lebih lama di postinganmu.

3. Color Tone Consistency

Pilih satu tone warna buat semua foto di feed. Misalnya pakai nuansa hangat, pastel, atau tone gelap yang dramatis. Kalau konsisten, tampilan feed bakal kelihatan estetik banget. Orang jadi bisa kenal gaya fotomu cuma dari tone warnanya. 

Ini juga bisa jadi ciri khas yang bikin kamu beda dari fotografer lain. Simpel, tapi efeknya besar buat kesan visual.

4. Behind the Scene (BTS)

Banyak orang suka lihat proses di balik layar. Sisipkan beberapa foto atau video saat sesi pemotretan berlangsung. Nggak perlu selalu pakai kamera profesional, bisa juga pakai HP. 

Konten BTS bikin orang lebih relate dan paham bagaimana kamu kerja. Ini juga bantu bangun kepercayaan, terutama buat calon klien. Mereka jadi tahu kamu serius dan detail dalam setiap sesi.

5. Feed Puzzle atau Grid Besar

Kalau punya karya spesial, coba tampilkan dalam bentuk puzzle feed. Jadi satu gambar besar dibagi jadi beberapa post yang membentuk tampilan utuh di profil. Bisa 6, 9, atau 12 foto tergantung ukuran. 

Ini cocok buat promosi proyek besar atau kampanye khusus. Tapi pastikan kualitas fotonya tetap tajam dan menarik meskipun dipotong-potong. Jangan lupa kasih caption yang nyambung antar postingan.

6. Quote + Foto

Kadang satu kalimat bisa bikin foto terasa lebih dalam. Coba tambahkan kutipan pendek di caption atau langsung di gambar. Bisa pakai kata-kata dari klien, tokoh terkenal, atau hasil pemikiran sendiri. 

Ini bikin audiens lebih terhubung sama isi fotonya. Nggak cuma liat visual, tapi juga merasakan emosinya. Kalau kamu suka storytelling, ini bisa jadi gaya yang pas.

7. Carousel Storytelling

Posting banyak foto dalam satu slide carousel dan ceritakan sesuatu di setiap slide-nya. Misalnya cerita proses pemotretan, suasana di lokasi, atau interaksi sama model. Bikin caption yang sambung-menyambung juga boleh. 

Format ini bikin audiens lebih betah scrolling dan interaksi juga lebih tinggi. Cocok buat menunjukkan rangkaian kerja dari awal sampai akhir. Kayak mini jurnal visual gitu.

8. Highlight Kategori Karya di Story

Manfaatkan fitur highlight buat menampilkan kategori karya secara rapi. Misalnya wedding, makanan, landscape, atau street. Jadi orang yang mampir ke profil langsung bisa lihat karya berdasarkan jenisnya. 

Ini bikin profil terasa lebih profesional dan portofolio lebih mudah dijelajahi. Desain cover highlight-nya juga bisa kamu sesuaikan biar lebih estetik. Simpel tapi fungsional banget.

9. Reels Proyek Terbaru

Gunakan Reels buat menunjukkan proses atau hasil akhir dari proyek terakhir. Misalnya video pendek pas lagi motret, lalu ditutup dengan hasil fotonya. 

Reels lebih sering muncul di explore, jadi peluang dilihat orang lebih besar. Konten ini juga lebih dinamis dan bikin audiens lebih terlibat. Bisa kamu jadwalkan seminggu sekali biar tetap aktif dan fresh. Sekalian promosi, tapi tetap santai.

10. “Foto Favorit Bulan Ini”

Setiap akhir bulan, pilih satu foto yang paling kamu suka. Lalu jelaskan kenapa kamu pilih foto itu. Bisa karena tekniknya, momennya, atau cerita di baliknya. 

Ini bikin feed terasa lebih personal dan jujur. Audiens juga jadi tahu selera dan cara kamu menilai karya sendiri. Plus, ini bisa jadi refleksi kreatif setiap bulan.

Baca juga: 11 Ide Konten yang Dapat Menghidupkan Feed Instagram

Dari semua ide feed Instagram yang sudah dibahas, intinya adalah bagaimana caranya bikin tampilan akun kamu jadi lebih hidup dan punya ciri khas. Nggak harus langsung sempurna, yang penting mulai dulu saja dan terus konsisten. 

Feed yang rapi dan menarik bisa bikin orang lebih gampang ingat dengan gaya motret kamu. Apalagi buat fotografer yang pengin serius di dunia profesional, tampilan Instagram itu bisa jadi langkah awal buat meningkatkan peluang. Jadi, jangan ragu buat eksplor dan temukan gaya yang paling cocok sama kamu.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Psikologi Copywriting: Cara Memengaruhi Keputusan Pembelian

Dalam dunia pemasaran digital, ada satu hal yang sering bikin orang akhirnya beli: kata-kata. Tapi bukan sembarang kata. Ada cara tertentu dalam menyusun kalimat supaya bisa menyentuh pikiran dan perasaan pembaca. Nah, di sinilah peran psikologi copywriting jadi penting. Bukan cuma soal tulisan yang enak dibaca, tapi juga soal gimana tulisan itu bisa bikin orang mikir, merasa, lalu akhirnya ambil keputusan.

Banyak orang nggak sadar kalau keputusan membeli sering dipengaruhi hal-hal kecil yang sebenarnya nggak disadari. Mulai dari pilihan kata, cara penyampaian, sampai nuansa emosinya. Semua itu bisa ngasih efek besar, walaupun kelihatannya sepele. Dan yang bikin menarik, semua ini ada polanya. 

Bukan sulap, tapi ada ilmunya.

Teknik Psikologi Copywriting

Psikologi Copywriting: Cara Memengaruhi Keputusan Pembelian

Copywriting itu bukan cuma soal kata-kata keren. Tapi soal bagaimana bikin orang merasa, berpikir, lalu bertindak. Dan di balik semua itu, ada unsur psikologi yang main peran besar. 

Nah, biar lebih jelas, ini dia beberapa prinsip psikologi copywriting yang sering dipakai. Penjelasannya bakal bikin lebih kebayang gimana cara kerjanya.

1. Prinsip Kelangkaan (Scarcity)

Orang cenderung pengin punya sesuatu yang nggak semua orang bisa dapat. Semakin langka, semakin terasa berharga. Makanya, kata-kata seperti “stok tinggal sedikit” atau “promo berakhir malam ini” bisa bikin orang langsung gerak. 

Rasa takut ketinggalan (FOMO) itu nyata dan kuat banget pengaruhnya. Mereka jadi nggak mikir panjang, langsung ambil keputusan. Dalam copywriting, ini bisa jadi trik ampuh buat bikin orang cepet beli.

Baca juga: 7 Skill Copywriting yang Harus Anda Punya, Jika Ingin Jualan Anda Laris Manis

2. Bukti Sosial (Social Proof)

Manusia itu makhluk sosial, suka lihat apa yang orang lain lakukan. Kalau banyak orang pakai atau suka suatu produk, biasanya orang lain bakal lebih percaya. 

Testimoni, rating bintang lima, atau jumlah pembeli bisa jadi senjata kuat buat meyakinkan calon pembeli. Ini semacam sinyal bahwa produk tersebut udah teruji dan disukai banyak orang. Jadi mereka nggak merasa ambil risiko besar. 

Copywriting yang pinter bakal menunjukkan bukti sosial ini tanpa terkesan maksa.

3. Otoritas (Authority)

Kalau denger saran dari ahli, kita cenderung lebih nurut. Sama juga saat beli sesuatu—kita lebih percaya kalau produknya didukung oleh pakar atau lembaga resmi. 

Misalnya, ada logo sertifikasi, kata-kata dari dokter, atau pernah muncul di media besar. Semua itu bikin orang ngerasa produk tersebut punya kualitas dan layak dipercaya. 

Nggak harus panjang lebar, cukup sebut nama besar atau fakta otoritatif yang nyambung. Rasanya beda banget dibanding hanya asal ngaku bagus.

4. Konsistensi dan Komitmen

Begitu seseorang sudah mulai ambil langkah kecil, mereka biasanya mau lanjut terus. Ini dasar psikologi yang bisa dimanfaatkan di copywriting. 

Contohnya, ajak dulu buat isi formulir singkat atau klik tombol “coba gratis”. Begitu sudah terlibat sedikit, mereka jadi lebih terbuka buat lanjut ke tahap selanjutnya. 

Karena orang suka konsisten sama keputusan sebelumnya, walaupun awalnya cuma hal kecil. Strategi ini bisa pelan-pelan menuntun calon pembeli sampai akhirnya benar-benar beli.

5. Reciprocity (Timbal Balik)

Kalau dikasih sesuatu duluan, orang biasanya pengin bales. Bahkan kalau itu cuma hal kecil, kayak e-book gratis atau diskon spesial. Rasa "nggak enakan" itu bisa jadi motivasi buat akhirnya beli produk utama. 

Makanya banyak brand yang suka kasih bonus atau hadiah lebih dulu. Sebenarnya, ini bukan cuma soal murah hati—tapi cara halus buat bangun hubungan yang saling menguntungkan. 

Copywriting yang cerdas bakal bisa melakukan hal tersebut tanpa bikin kesannya maksa.

6. Emosi Lebih Kuat dari Logika

Orang jarang beli karena logika. Mereka beli karena merasa. Bisa karena pengin tampil keren, pengin dihargai, atau pengin hidup lebih mudah. Makanya, copywriting yang menyentuh emosi sering lebih berhasil. 

Bukan berarti bohong, tapi memang kudu fokus ke manfaat yang bisa dirasakan langsung. Baru setelah itu disusul data atau fakta buat memperkuat keputusan mereka. Intinya, bangkitkan rasa dulu, baru masukkan alasan logis.

7. Kejelasan dan Kesederhanaan

Nggak semua orang punya waktu atau energi buat baca teks panjang yang rumit. Otak suka yang simpel dan jelas. 

Copywriting yang bagus itu langsung ke inti, tanpa muter-muter. Pakai bahasa sehari-hari, hindari istilah teknis yang bikin bingung. 

Semakin mudah dimengerti, semakin besar peluang dibaca sampai habis. Dan makin besar juga peluang buat orang ambil keputusan.

8. Cerita yang Relatable

Cerita bikin orang merasa terhubung. Apalagi kalau ceritanya mirip sama pengalaman pribadi mereka. Nggak harus dramatis, cukup jujur dan nyata. 

Misalnya kisah pengguna yang berhasil setelah pakai produk, atau masalah umum yang bisa diselesaikan dengan solusi tertentu. Cerita bikin pesan jadi lebih hidup dan gampang diingat. 

Copywriting yang pakai storytelling biasanya lebih mengena dibanding yang cuma jualan terus.

Baca juga: Yuk, Belajar 11 Teknik Copywriting untuk Deskripsi Produk yang Menarik dan Menjual!

Memahami psikologi copywriting bisa bikin tulisan pemasaran jadi jauh lebih berdampak. Bukan cuma soal bikin orang tertarik, tapi juga soal ngebentuk cara mereka mikir dan ngambil keputusan. 

Setiap kata punya efek, apalagi kalau ditulis dengan strategi yang pas. Dari sisi emosional sampai logika, semuanya bisa disentuh lewat copy yang tepat. Intinya, kalau udah paham cara kerja pikirannya, tulisan pun bisa diarahkan buat nyampe ke tujuan yang diinginkan.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!



Cara Menentukan Fee Marketing yang Sesuai dengan Nilai Jasa

Menentukan fee marketing yang pas itu penting. Jangan sampai terlalu murah dan bikin rugi, tapi juga jangan kelewat mahal sampai bikin calon klien mundur. Biar nggak salah langkah, perlu cara yang tepat supaya fee yang ditawarkan sesuai dengan nilai jasa yang diberikan.

Cara Menentukan Fee Marketing yang Pas

Cara Menentukan Fee Marketing yang Sesuai dengan Nilai Jasa


Banyak faktor yang memengaruhi harga jasa atau fee marketing. Mulai dari biaya operasional, standar pasar, sampai jenis klien yang ditargetkan. 

Kalau asal pasang harga terlalu tinggi, bisa jadi usaha malah nggak berkembang. Makanya, perlu strategi yang matang biar fee tetap kompetitif dan tetap cuan.

1. Hitung Biaya Operasional

Sebelum menentukan fee marketing, hitung dulu semua biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan layanan. Termasuk di dalamnya adalah biaya tenaga kerja, alat pemasaran, iklan berbayar, perangkat lunak, hingga biaya administrasi. Jangan lupa hitung biaya tidak langsung seperti listrik, internet, dan keperluan lainnya.

Pastikan fee yang ditetapkan bisa menutup semua biaya ini. Jika tidak, bisnis bisa merugi. Sebaliknya, jika terlalu tinggi tanpa justifikasi yang jelas, bisa sulit bersaing di pasar.

Baca juga: Berapa Biaya Marketing yang Pas untuk Bisnis Kecil? Simak Penjelasannya di Sini!

2. Gunakan Metode Penetapan Harga yang Tepat

Ada beberapa cara untuk menentukan fee marketing. Pilih yang paling sesuai dengan model bisnis dan target klien.

Berbasis Waktu

Fee dihitung berdasarkan jumlah jam kerja atau durasi proyek. Cocok untuk layanan yang membutuhkan analisis yang lebih dalam, seperti strategi branding atau kampanye jangka panjang. Pastikan tarif per jam sudah mencakup biaya operasional dan keuntungan.

Contoh: 

Seorang freelancer digital marketing menawarkan layanan strategi media sosial.

Biaya operasional bulanan: Rp5.000.000 (termasuk internet, perangkat lunak, listrik, dll.)

Target penghasilan bulanan: Rp15.000.000

Kapasitas kerja: 100 jam per bulan

Perhitungan tarif per jam:

(Rp5.000.000 + Rp15.000.000) ÷ 100 = Rp200.000 per jam

Jika sebuah proyek membutuhkan 20 jam kerja, maka fee yang ditawarkan:

20 jam × Rp200.000 = Rp4.000.000 per proyek

Cocok untuk proyek dengan durasi tertentu seperti strategi pemasaran atau optimasi media sosial.

Berbasis Hasil

Fee marketing ditentukan berdasarkan pencapaian target tertentu, misalnya jumlah leads, peningkatan penjualan, atau engagement media sosial. Model ini menarik bagi klien karena mereka hanya membayar saat hasil terlihat. Tapi, perlu strategi matang agar tetap menguntungkan.

Contoh: 

Agensi digital marketing membantu bisnis mendapatkan leads melalui iklan Facebook Ads.

Target klien: 500 leads per bulan

Fee per lead: Rp50.000

Jika berhasil mencapai target, total fee:

500 × Rp50.000 = Rp25.000.000

Jika hanya mendapatkan 400 leads, maka fee yang dibayarkan:

400 × Rp50.000 = Rp20.000.000

Model ini cocok jika klien ingin membayar berdasarkan pencapaian tertentu, misalnya jumlah leads, engagement media sosial, atau peningkatan penjualan.

Retainer Fee

Klien membayar biaya tetap dalam periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Cocok untuk layanan yang sifatnya berkelanjutan, seperti manajemen media sosial atau digital ads. Model ini memberi kestabilan pemasukan, tapi harus dibarengi dengan layanan yang konsisten dan berkualitas.

Contoh: 

Seorang spesialis social media management menawarkan paket layanan bulanan.

Paket layanan:

  • 15 posting per bulan
  • Manajemen engagement (balas komentar & DM)
  • Laporan performa bulanan

Harga paket:

Basic: Rp3.000.000/bulan (untuk bisnis kecil)

Premium: Rp7.000.000/bulan (untuk brand besar dengan strategi lebih kompleks)

Dengan model ini, klien membayar biaya tetap setiap bulan untuk mendapatkan layanan berkelanjutan. Cocok untuk manajemen media sosial, email marketing, atau iklan digital jangka panjang.

3. Bandingkan dengan Harga Pasar

Lakukan riset untuk mengetahui berapa harga yang ditawarkan kompetitor. Cek layanan yang mereka berikan dan bandingkan dengan yang kita kelola. Jika menawarkan nilai tambah seperti strategi unik atau layanan yang lebih personal, fee bisa lebih tinggi.

Jangan hanya ikut-ikutan harga pasar tanpa perhitungan. Pastikan fee marketing yang ditetapkan benar-benar mencerminkan kualitas jasa yang diberikan.

4. Sesuaikan dengan Target Klien

Pahami siapa target klien yang ingin dijangkau. Jika menyasar bisnis besar atau brand ternama, fee marketing bisa lebih tinggi karena mereka biasanya membutuhkan strategi yang lebih kompleks.

Sebaliknya, jika targetnya UMKM atau bisnis kecil, bisa menawarkan paket harga yang lebih fleksibel. Misalnya, sistem paket layanan dengan harga lebih terjangkau tapi tetap menguntungkan.

5. Evaluasi dan Sesuaikan Secara Berkala

Pasar selalu berubah. Biaya operasional bisa naik, persaingan semakin ketat, dan kebutuhan klien juga berkembang. Karena itu, fee marketing harus dievaluasi secara berkala.

Cek apakah fee yang ditetapkan masih sesuai dengan nilai jasa. Jika layanan berkembang atau ada tambahan skill dan tools baru, pertimbangkan untuk menaikkan harga. Komunikasikan perubahan ini dengan klien secara jelas agar mereka memahami manfaat yang didapat.

Baca juga: 6 Teknik Digital Marketing yang Paling Sering Digunakan

Menentukan fee marketing bukan sekadar soal angka, tapi juga soal keseimbangan antara nilai jasa dan daya saing di pasar. Kalau terlalu rendah, bisa merugikan. Kalau terlalu tinggi tanpa justifikasi yang jelas, bisa bikin klien ragu.

Harga yang pas datang dari perhitungan yang matang, riset pasar, dan pemahaman terhadap target klien. Jangan ragu untuk menyesuaikan fee seiring waktu, terutama jika skill dan layanan terus berkembang. Yang penting, pastikan fee tetap menguntungkan dan sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penulis Konten Pemula

Menjadi penulis konten itu bukan sekadar menulis. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan agar tulisan menarik, enak dibaca, dan bermanfaat. 

Sayangnya, banyak pemula yang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa menghambat perkembangan mereka. Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dan cara menghindarinya.

Kesalahan Penulis Konten Pemula

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penulis Konten Pemula

Menjadi penulis konten bukan sekadar menulis, tapi juga memahami cara membuat tulisan yang menarik, informatif, dan mudah dipahami. Banyak pemula yang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa membuat tulisan kurang efektif atau bahkan sulit berkembang di dunia digital. 

Beberapa kesalahan ini bisa dihindari dengan lebih banyak latihan dan pemahaman yang lebih baik tentang cara menulis yang benar. Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan penulis konten pemula dan cara menghindarinya.

1. Tidak Riset yang Cukup

Menulis tanpa riset bisa membuat konten terasa kosong dan kurang berbobot. Pembaca ingin mendapatkan informasi yang jelas dan akurat, bukan opini tanpa dasar. Jika tidak melakukan riset, ada risiko menyebarkan informasi salah yang bisa merusak kredibilitas. 

Coba cari sumber tepercaya seperti jurnal, artikel ahli, atau situs resmi sebelum mulai menulis. Pastikan juga informasi yang digunakan masih relevan dan up-to-date. Tulisan yang didukung data dan fakta akan terlihat lebih meyakinkan.

Baca juga: Mengapa Anda Butuh Penulis Artikel untuk Membantu Bisnis Anda? Berikut 6 Alasannya!

2. Terlalu Fokus pada SEO, Mengabaikan Kualitas

SEO memang penting, tapi jangan sampai tulisan jadi kaku atau sulit dipahami hanya karena mengejar kata kunci. Beberapa penulis konten pemula sering memasukkan keyword secara berlebihan hingga tulisan terasa dipaksakan. Padahal, algoritma mesin pencari sekarang lebih mengutamakan konten yang alami dan berkualitas. 

Lebih baik fokus pada pengalaman pembaca terlebih dahulu, baru optimasi SEO menyusul. Jika tulisan enak dibaca, pembaca akan bertahan lebih lama, dan itu juga bisa meningkatkan peringkat di mesin pencari.

3. Mengabaikan Target Pembaca

Menulis tanpa memahami siapa pembacanya bisa membuat konten jadi kurang efektif. Setiap pembaca punya kebutuhan dan cara berkomunikasi yang berbeda. Misalnya, tulisan untuk profesional tentu beda dengan tulisan untuk remaja. 

Gunakan bahasa yang sesuai agar pesan tersampaikan dengan baik. Jika menulis terlalu formal untuk pembaca tipe santai, mereka bisa bosan. Sebaliknya, jika terlalu santai untuk pembaca profesional, tulisan bisa dianggap kurang kredibel.

4. Menulis Terlalu Panjang atau Pendek Tanpa Alasan Jelas

Panjang tulisan harus disesuaikan dengan tujuan dan topik. Jika terlalu pendek, informasi bisa terasa kurang lengkap. Jika terlalu panjang tanpa alasan yang jelas, pembaca bisa kehilangan minat di tengah jalan. 

Buat tulisan yang padat dan langsung ke inti masalah. Gunakan subjudul, bullet points, atau paragraf pendek agar tulisan lebih nyaman dibaca. Kalau memang perlu panjang, pastikan setiap bagian tetap menarik dan relevan.

5. Tidak Mengedit dan Proofreading

Kesalahan kecil seperti typo atau kalimat yang kurang jelas bisa menurunkan kualitas tulisan. Banyak penulis konten pemula langsung menerbitkan tulisan tanpa membaca ulang. Padahal, proofreading itu penting untuk memastikan tulisan bebas dari kesalahan. 

Cara terbaik adalah membaca ulang setelah beberapa jam atau keesokan harinya agar lebih objektif. Jika memungkinkan, minta orang lain membaca tulisan untuk mendapatkan masukan.

6. Menggunakan Gaya Bahasa yang Tidak Konsisten

Gaya bahasa harus sesuai dengan platform dan pembaca. Jika menulis blog santai, gunakan bahasa yang lebih ringan dan mengalir. Jika menulis artikel formal, gunakan bahasa yang lebih profesional. Jangan mencampur gaya bahasa tanpa alasan yang jelas. 

Misalnya, menggunakan kata-kata baku lalu tiba-tiba menyisipkan slang bisa terasa janggal. Konsistensi penting agar tulisan terasa lebih nyaman dibaca dan tidak membingungkan.

7. Plagiarisme atau Kurang Orisinalitas

Menjiplak tulisan orang lain bukan hanya tidak etis, tapi juga bisa merusak reputasi sebagai penulis. Plagiarisme bisa terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja, misalnya karena terlalu banyak menyalin dari sumber lain tanpa mengubah dengan gaya sendiri. 

Jika perlu mengutip, pastikan memberi kredit ke sumbernya. Gunakan pemahaman sendiri untuk menjelaskan ulang informasi. Dengan begitu, tulisan jadi lebih unik dan punya nilai tambah.

8. Mengabaikan Call to Action (CTA)

Call to Action (CTA) adalah ajakan untuk melakukan sesuatu setelah membaca tulisan. Tanpa CTA, pembaca mungkin bingung harus berbuat apa selanjutnya. CTA bisa berupa ajakan untuk membaca artikel lain, mendaftar newsletter, membeli produk, atau berdiskusi di kolom komentar. 

Letakkan CTA di tempat yang tepat, misalnya di akhir tulisan atau setelah poin penting. Jangan terlalu memaksa, buatlah ajakan yang terasa alami.

9. Tidak Memanfaatkan Format yang Mudah Dibaca

Paragraf panjang tanpa jeda bisa membuat pembaca cepat lelah. Gunakan subjudul, bullet points, dan kalimat pendek agar tulisan lebih nyaman dibaca. 

Pemformatan yang baik juga bisa membantu pembaca menangkap informasi lebih cepat. Jangan lupa gunakan gambar atau infografis jika relevan. Semakin mudah dicerna, semakin besar kemungkinan pembaca bertahan sampai akhir.

10. Tidak Konsisten dalam Menulis

Menulis hanya sesekali bisa membuat perkembangan skill jadi lambat. Banyak penulis pemula kehilangan semangat setelah beberapa kali mencoba. Padahal, menulis itu butuh latihan terus-menerus agar semakin mahir. 

Cobalah buat jadwal menulis yang konsisten, misalnya seminggu dua kali atau setiap hari. Dengan rutin menulis, kemampuan akan meningkat dan lebih mudah membangun pembaca setia.

Baca juga: Cara Mengembangkan Gaya Penulisan yang Unik sebagai Penulis Konten

Menjadi penulis konten yang baik butuh latihan dan perhatian pada detail. Hindari kesalahan-kesalahan di atas agar tulisan lebih menarik, profesional, dan efektif. 

Terus belajar, perbaiki kekurangan, dan jangan ragu mencoba hal baru. Dengan konsistensi, kualitas tulisan akan meningkat, dan peluang sukses sebagai penulis konten pun semakin besar.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

PenulisKonten.id
Menyediakan Konten untuk 
Keperluan Marketing, Branding, 
Bisnis, dan Penjualan

SUBSCRIBE & FOLLOW

TERBARU!

Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sering disepelekan saat menulis konten, apalagi oleh penulis pemula yang baru mulai terjun. Padahal, riset itu bukan cuma s...

POPULAR POSTS

  • 9 Tip Menyusun Strategi Pemasaran Produk untuk Toko Online Pemula di Instagram
  • 6 Ide Konten Website Bisnis yang Bisa Anda Coba Sekarang Juga!
  • 9 Ide Konten untuk Instagram Bisnis Agar Menarik Followers Anda!
  • Yuk, Belajar 11 Teknik Copywriting untuk Deskripsi Produk yang Menarik dan Menjual!
  • Strategi Penggunaan Hashtag di Media Sosial yang Paling Jitu

Categories

  • Bisnis 20
  • Branding 9
  • Digital Marketing 72
  • Social Media Marketing 21
  • Strategi Konten 24

Testimoni

Gue minta bantuan PenulisKonten.id untuk konten website, musti ada penyesuaian di awal agar sesuai dengan target pembaca. Tapi seiring berjalannya waktu, makin membaik. Ga terasa uda lebih dari setahun kerjasama.

Good job!

- Andhika Diskartes
Financial planner, pemilik website diskartes.com dan valuemagz.id

---

PenulisKonten.id selalu konsisten memberikan pekerjaan terbaik dengan hasil yang terukur jelas dan kemajuan yang selalu menggembirakan. Komunikasi yang cepat dan terbuka adalah poin kuat lain dari mereka.

- Dani Rachmat
Bloger Keuangan, pemilik akun Instagram @danirachmat



---
PenulisKonten.id memberikan banyak insight buat kami yang baru pertama kali memanfaatkan media sosial dalam melakukan promosi. Mereka juga sangat profesional karena selalu mengkomunikasikan konten yang akan diposting dan menerbitkan laporan setiap bulannya. Sukses PenulisKonten.id.

- Agnes Utari
Kaprodi Magister Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Ramai

  • Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?
  • Jenis-Jenis Job Penulis Online yang Bisa Dicoba Pemula
  • Ide Feed Instagram untuk Fotografer agar Karya Lebih Dilirik

Arsip

Hubungi Kami!

Email: penuliskontenid@yahoo.com
Kirim pesan WhatsApp Business

Copyright © Penulis Konten. Designed by OddThemes