Pentingnya riset sering disepelekan saat menulis konten, apalagi oleh penulis pemula yang baru mulai terjun. Padahal, riset itu bukan cuma soal mengumpulkan data, tapi tentang memahami topik secara utuh sebelum mulai merangkai kalimat.
Tanpa riset yang cukup, tulisan gampang melenceng, dangkal, atau malah salah arah. Hasilnya bisa bikin pembaca kecewa atau ragu.
Makanya, langkah awal sebelum nulis seharusnya bukan langsung buka Words dan mengetik saja, tapi gali informasi sedalam mungkin dulu.
Apa Pentingnya Riset sebelum Menulis?
Supaya lebih jelas, berikut beberapa alasan kuat mengapa riset perlu dilakukan sejak awal sebelum mulai menulis.
1. Meningkatkan Akurasi Informasi
Salah satu kesalahan umum penulis pemula adalah menulis berdasarkan ingatan atau asumsi pribadi. Padahal, informasi akan terus berkembang. Fakta yang valid tahun lalu bisa saja sudah usang hari ini. Jangankan hitungan tahun, dalam beberapa jam, sebuah fakta bisa saja berubah.
Tanpa riset, konten rawan menyebarkan info yang salah. Misalnya, saat menulis soal investasi, banyak istilah teknis yang harus dijelaskan dengan benar. Salah kutip angka atau salah jelaskan istilah bisa bikin pembaca salah paham, bahkan rugi.
Riset bantu penulis mengecek informasi langsung dari sumber asli—seperti situs resmi, jurnal, laporan lembaga, atau berita tepercaya. Tujuannya bukan cuma biar tulisan lengkap, tapi juga aman dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tulisanmu dipercaya, pembaca akan balik lagi.
Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten
2. Memahami Audiens dengan Lebih Baik
Konten yang bagus bukan cuma soal apa yang ditulis, tapi untuk siapa ditulis. Penulis sering lupa menyesuaikan gaya dan isi tulisan dengan karakter pembacanya. Di sinilah riset audiens jadi penting.
Misalnya mau nulis tentang tip menabung. Kalau targetnya mahasiswa, pendekatannya akan beda dibanding jika targetnya karyawan usia 30-an.
Riset audiens bisa dilakukan lewat baca komen di artikel serupa, lihat postingan populer di media sosial, atau cek pertanyaan yang sering muncul di forum seperti Quora atau Reddit. Dari situ, penulis bisa tahu gaya bahasa apa yang cocok, seberapa dalam penjelasan yang dibutuhkan, dan masalah apa yang paling sering mereka hadapi.
Dengan begitu, penulis akan lebih mudah membuat konten yang lebih mengena dan nggak terasa kaku atau terlalu umum.
3. Membangun Kredibilitas Tulisan
Orang akan lebih percaya pada tulisan yang punya dasar. Kalau kamu menulis pakai opini pribadi tanpa dukungan data, pembaca bisa anggap itu cuma pendapat sepihak.
Tapi kalau kamu menyisipkan fakta dari sumber yang valid—misalnya jurnal ilmiah, laporan riset, atau pakar di bidang tersebut—tulisanmu akan lebih berbobot. Misalnya, saat menulis tentang perubahan iklim, kutipan dari IPCC (lembaga PBB untuk iklim) jauh lebih kuat dibanding kutipan dari blog biasa.
Menyebut sumber juga menunjukkan kamu menghargai kerja orang lain dan tidak asal klaim. Ini penting, apalagi kalau kamu ingin tulisanmu masuk ke media besar, atau dipakai untuk keperluan profesional.
4. Menghindari Plagiarisme dan Duplikasi
Plagiarisme bukan cuma soal menyalin bulat-bulat, tapi juga bisa terjadi saat menulis terlalu mirip dari satu sumber. Penulis pemula kadang tak sadar sudah terlalu meniru struktur atau gaya dari artikel yang dibacanya.
Nah, dengan riset dari banyak sumber, kamu bisa mengombinasikan ide dan menyusun ulang informasi jadi versi kamu sendiri.
Misalnya kamu baca lima artikel tentang topik yang sama. Setiap artikel mungkin punya sudut pandang yang berbeda. Dari sana, kamu bisa melihat celah yang belum dibahas atau justru menggabungkan beberapa poin menjadi insight baru.
Hasilnya akan jauh lebih original dan punya nilai tambah dibanding menulis ulang dari satu artikel saja.
5. Menemukan Angle atau Topik yang Unik
Saat menulis tentang topik yang sudah umum, tantangan utamanya adalah membuat tulisanmu tetap menarik dan standout di antara ratusan—bahkan ribuan artikel bertopik serupa lainnya. Di sinilah pentingnya riset mendalam. Riset bukan cuma soal “apa yang sudah ditulis orang lain”, tapi juga tentang “apa yang belum ditulis”.
Contoh: topik “manfaat meditasi” sudah sangat umum. Tapi lewat riset, kamu bisa menemukan pendekatan yang belum banyak diangkat, seperti “manfaat meditasi untuk pekerja shift malam” atau “meditasi untuk mengurangi overthinking sebelum tidur”.
Riset bisa dilakukan dengan cek keyword long-tail, membaca jurnal baru, atau memperhatikan pertanyaan unik dari forum diskusi. Sudut pandang seperti ini bikin tulisanmu lebih fresh dan berpeluang lebih tinggi dibaca.
6. Mendukung Strategi SEO
Kalau menulis untuk dipublikasikan online, kamu nggak bisa lepas dari SEO (Search Engine Optimization). Tujuannya sederhana: supaya tulisanmu muncul di hasil pencarian Google. Ini menunjukkan pentingnya riset keyword. Tanpa riset, kamu bisa aja bikin tulisan yang bagus tapi sepi pembaca.
Keyword research membantu kamu tahu apa yang orang cari, seberapa besar volume pencariannya, dan bagaimana tingkat persaingannya. Misalnya, kata kunci “tips menabung” sangat umum dan persaingannya tinggi. Tapi setelah riset, kamu bisa nemu varian seperti “cara menabung gaji UMR” atau “menabung untuk dana darurat” yang lebih spesifik dan relevan.
Tools seperti Google Trends, Ubersuggest, atau Keyword Planner bisa bantu cari keyword ini. Selain itu, kamu juga bisa pelajari struktur artikel yang muncul di halaman pertama Google. Dari situ, kamu bisa sesuaikan struktur dan sudut pandang supaya tulisanmu punya peluang bersaing.
7. Menguatkan Struktur dan Alur Tulisan
Banyak penulis pemula langsung nulis tanpa bikin kerangka dulu. Akibatnya, tulisan jadi loncat-loncat, enggak nyambung antar paragraf, atau malah ngalor-ngidul.
Riset membantu menyusun struktur yang solid. Dengan banyak data dan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya, kamu bisa menentukan bagian mana yang jadi pembuka, pendalaman, dan penutup.
Misalnya kamu mau nulis “cara mengatur waktu untuk freelancer”. Setelah riset, kamu mungkin menemukan bahwa masalah terbesar justru bukan pada alat bantu, tapi pada mindset. Maka kamu bisa mulai dari pengantar soal tantangan umum freelancer, lanjut ke alasan pentingnya mindset, baru ke solusi teknis seperti to-do list atau aplikasi pengatur waktu.
Dengan alur seperti ini, pembaca akan merasa diajak jalan bareng dari awal sampai akhir. Enggak bingung dan enggak bosan.
Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca
Pentingnya riset tak bisa dianggap sepele kalau ingin menghasilkan tulisan yang benar-benar berkualitas.
Riset jadi fondasi yang menopang isi, struktur, dan kepercayaan pembaca terhadap konten yang disajikan. Makin dalam riset yang dilakukan, makin kuat juga hasil akhirnya.
Menulis bukan soal cepat selesai, tapi bagaimana caranya bisa memberi nilai lewat informasi yang akurat, relevan, dan punya sudut pandang yang jelas.