Penulis Konten
  • Home
  • Artikel
    • Strategi Konten
    • Digital Marketing
    • Bisnis
    • Social Media Marketing
    • Branding
    • Menulis Buku
  • Klien
    • SEO Strategies
    • Content Writing
    • Social Media Marketing
    • Ghost Writing
    • Branding
  • Portofolio
    • Konten
    • Buku
    • Marketing Kit
    • Speaker/mentor
  • Tentang Kami

Tentang Kami

Services

Kontak Kami

Cara Copywriting yang Efektif untuk Menarik Perhatian

Menulis dengan tepat enggak sekadar merangkai kata yang indah. Dibutuhkan cara copywriting yang bisa bikin orang berhenti membaca sejenak, lalu tertarik untuk tahu lebih jauh. 

Banyak orang sudah mencoba, tapi sering kali pesannya tidak sampai karena kurang tepat menyusun kata-kata. Padahal, kalau tahu caranya, menulis yang bisa menarik perhatian itu sebenarnya sederhana.

Cara Copywriting untuk Menarik Perhatian

Cara Copywriting yang Efektif untuk Menarik Perhatian

Banyak tulisan yang sebenarnya punya pesan bagus, tapi tenggelam karena terasa datar dan biasa saja. Kuncinya ada pada bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup dan menyentuh pembaca. 

Saat tulisan berhasil bikin orang merasa terhubung, kemungkinan mereka untuk terus membaca juga lebih besar. Dan itulah yang membuat sebuah tulisan jadi lebih bermakna.

Ini cara copywriting yang benar, supaya tulisan bisa menarik perhatian pembaca.

1. Pahami Dulu Siapa Pembacanya

Langkah pertama yang sering diabaikan adalah mengenal pembaca. Padahal ini dasar supaya tulisan tepat sasaran. 

Jadi, coba cari tahu siapa mereka, berapa usia rata-ratanya, apa yang mereka sukai, dan masalah apa yang sering mereka alami. Semakin detail mengenal mereka, semakin mudah memilih kata-kata yang pas. 

Misalnya, kalau pembacanya ibu rumah tangga, bahasanya bisa lebih hangat dan praktis. Kalau targetnya anak muda, nada bicara bisa lebih segar tapi tetap sopan. 

Jangan lupa perhatikan juga bagaimana mereka biasanya mencari solusi untuk masalah mereka. Kalau sudah paham, tulisanmu bakal terasa lebih nyambung dan personal buat mereka.

2. Gunakan Judul yang Kuat dan Memikat

Judul itu seperti pintu toko, kalau menarik orang akan masuk. Begitu juga dengan tulisan, kalau judulnya membosankan, orang tidak akan lanjut baca. 

Usahakan judulnya singkat tapi jelas. Pakai kata-kata yang bikin penasaran atau memberi janji yang nyata. Misalnya, bukan hanya “Cara Menulis”, tapi “7 Cara Menulis Cepat Tanpa Pusing”. 

Judul juga lebih bagus kalau langsung mengarah ke masalah atau kebutuhan pembaca. Jangan lupa sesuaikan gaya judul dengan pembacanya. Kadang satu atau dua kata aja cukup, kalau pesannya kuat. 

Intinya, jangan biarkan judul jadi hambar karena itu yang pertama dilihat.

3. Buka dengan Kalimat yang Bikin Ingin Lanjut Baca

Setelah judul, kalimat pembuka adalah kunci. Banyak pembaca yang berhenti di sini kalau tidak menarik. Jadi, buat pembukaan yang bikin mereka merasa “ini yang aku cari”. 

Bisa mulai dengan pertanyaan sederhana, semacam “Sering bingung harus mulai dari mana?”. Bisa juga dengan fakta unik yang belum diketahui. Atau cerita singkat yang relevan dengan topik. 

Tujuannya supaya pembaca merasa terhubung dan penasaran dengan apa yang akan dijelaskan berikutnya. Hindari pembukaan yang terlalu umum atau basa-basi. Langsung saja arahkan ke inti permasalahan dengan cara yang ringan. Kalau pembaca sudah tertarik di awal, biasanya mereka akan lanjut sampai habis.

4. Fokus pada Manfaat, Bukan Hanya Fitur

Sering kali penulis terlalu sibuk menjelaskan fitur tanpa menjawab “so what?” bagi pembaca. Padahal orang lebih peduli dengan apa yang mereka dapat, bukan detail teknisnya. 

Misalnya, jangan cuma bilang “produk ini punya 3 mode”, tapi jelaskan juga manfaatnya: “3 mode ini membantu menghemat waktu hingga setengah jam setiap hari”. 

Pembaca ingin tahu bagaimana produk atau jasa itu bisa mempermudah hidup mereka. Jadi, selalu pikirkan dari sudut pandang mereka. 

Bayangkan apa yang mereka rasakan saat membaca. Kalau manfaatnya jelas, mereka lebih mungkin tertarik. Jelaskan dengan contoh supaya lebih mudah dibayangkan. Dan pastikan manfaat itu terasa nyata, bukan janji kosong.

5. Pakai Bahasa yang Sederhana dan Mudah Dimengerti

Kadang orang merasa semakin rumit bahasanya, semakin terlihat pintar. Padahal yang terjadi malah pembaca bingung. Jadi, gunakan bahasa yang ringan, jelas, dan enak dibaca. 

Bayangkan sedang mengobrol dengan pembaca, bukan memberi kuliah. Hindari istilah teknis yang tidak perlu, kecuali kalau memang audiensnya paham. 

Kalimat-kalimat pendek lebih mudah dicerna daripada paragraf panjang tanpa jeda. Kalau bisa dijelaskan dengan dua kata, jangan pakai lima. 

Pembaca lebih suka tulisan yang langsung kena, daripada harus dibaca dua kali untuk paham. Intinya, bikin mereka nyaman saat membaca, seolah sedang diajak ngobrol.

6. Sisipkan Cerita atau Contoh Nyata

Cerita punya cara ajaib untuk membuat tulisan lebih hidup. Orang lebih mudah terhubung dengan cerita daripada angka atau data saja. Misalnya, ceritakan pengalaman pengguna yang berhasil setelah mencoba tip yang disampaikan. Atau contoh nyata dari keseharian yang relevan dengan topik.

Cerita juga membantu membangun kepercayaan karena terasa nyata, bukan sekadar teori. Pilih cerita yang singkat dan mudah dipahami. Pastikan juga ceritanya benar-benar nyambung dengan pesan yang ingin disampaikan. 

Kalau perlu, gunakan nama atau tokoh fiktif supaya pembaca bisa membayangkan lebih jelas. Dengan begitu, mereka merasa pesanmu lebih bisa dipercaya.

7. Gunakan Kata-Kata yang Membangkitkan Emosi

Tulisan yang baik tidak hanya jelas, tapi juga bisa menyentuh perasaan. Pilih kata-kata yang bisa membangkitkan emosi positif atau memancing rasa ingin tahu. Misalnya, gunakan kata nyaman, cepat, hemat, aman, yang memberi rasa tenang. 

Kadang juga boleh pakai kata yang agak mengejutkan supaya pembaca berhenti dan memperhatikan. Tapi jangan berlebihan sampai terasa menakutkan atau memaksa. 

Perhatikan juga konteks dan siapa pembacanya supaya tetap tepat sasaran. Emosi yang muncul membuat pembaca lebih mudah tergerak untuk bertindak. Jadi, jangan takut bermain dengan perasaan mereka selama tujuannya baik.

8. Akhiri dengan Ajakan yang Jelas

Setelah semua dijelaskan, jangan biarkan pembaca bingung harus apa selanjutnya. Tutup tulisan dengan ajakan yang jelas dan mudah dilakukan. Bisa berupa klik tautan, isi formulir, atau coba langkah sederhana. 

Jangan gunakan kalimat yang panjang atau membingungkan. Sampaikan dengan nada yang ringan dan ramah. Ajakan juga sebaiknya selaras dengan isi tulisan, jangan tiba-tiba menyuruh sesuatu yang tidak ada hubungannya. 

Kalau perlu, ulang sedikit manfaat yang mereka dapat supaya lebih yakin. Dan pastikan ajakan terasa mudah, bukan beban. Pembaca yang sudah sampai akhir biasanya sudah tertarik, tinggal diberi dorongan kecil saja.

Memahami cara copywriting yang tepat memang butuh waktu, tapi hasilnya sepadan karena bisa membuat tulisan lebih hidup dan berkesan. Dengan latihan yang konsisten, perlahan kamu akan terbiasa memilih kata-kata yang pas dan menyusunnya jadi pesan yang menarik. Yang penting, tetap fokus pada pembaca dan jangan ragu untuk mencoba berbagai pendekatan sampai menemukan gaya yang paling cocok.

Kalau butuh bantuan untuk menulis dengan cara copywriting yang lebih rapi, tepat sasaran, dan efektif, penuliskonten siap membantu. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk ngobrol lebih lanjut.


6 Hal yang Harus Dipahami Klien Sebelum Meminta Jasa Penulis Artikel

Meminta bantuan penulis artikel untuk membuat konten memang bisa jadi solusi praktis, apalagi kalau waktu terbatas atau ingin hasil yang lebih rapi. 

Tapi, banyak yang sering keliru karena menganggap semua penulis bisa langsung membaca pikiran klien dan tahu persis yang diinginkan. Padahal, hasil yang bagus biasanya datang dari kerja sama yang jelas antara klien dan penulis.

Supaya prosesnya lancar, ada beberapa hal penting yang sering luput diperhatikan sebelum memulai kerja sama. Hal-hal ini mungkin terkesan sepele, tapi sebenarnya bisa bikin komunikasi lebih mudah dan hasilnya lebih sesuai harapan. 

Dengan persiapan yang tepat, klien juga bisa lebih tenang selama proses berlangsung.

Hal yang Perlu Diketahui oleh Klien dari Penulis Artikel

6 Hal yang Harus Dipahami Klien Sebelum Meminta Jasa Penulis Artikel

1. Paham Dulu Apa yang Mau Dicapai

Tujuan artikel punya pengaruh besar pada cara penulis artikel bekerja. Misalnya, artikel untuk meningkatkan penjualan biasanya butuh ajakan yang halus dan data yang meyakinkan. Kalau tujuannya untuk branding, mungkin gaya ceritanya lebih hangat dan personal. 

Target pembaca juga penting karena menentukan nada tulisan, apakah formal, ringan, atau mungkin malah netral. Pembaca profesional biasanya nyaman dengan istilah teknis, sementara pembaca umum lebih suka yang sederhana. 

Kalau klien sudah tahu dulu apa yang goalsnya, penulis jadi lebih mudah menyusun isi kalau kedua hal ini sudah jelas sejak awal. Hasilnya pun lebih dekat dengan yang diharapkan.

Baca juga: Skill Penting yang Harus Dimiliki Penulis Online di Era Digital

2. Siapkan Topik dan Arah Cerita

Topik dan arah cerita membantu penulis menyusun artikel yang tepat. Topik besar sudah cukup sebagai titik awal, lalu bisa ditambah sedikit detail seperti sudut pandang yang ingin diangkat.

Misalnya, klien butuh artikel tentang menabung. Agar lebih spesifik lagi, artikel bisa diarahkan untuk karyawan dengan gaji pas-pasan atau untuk pelajar. 

Penulis artikel tetap bisa riset, tapi adanya arahan ini membuat hasilnya lebih mendekati kebutuhan. Kalau ada contoh artikel lain yang disukai, itu juga bisa membantu memberi gambaran. Komunikasi pun jadi lebih efisien karena semua sudah jelas sejak awal.

3. Siap dengan Bujet yang Realistis

Bujet sering jadi pertimbangan penting. Harga artikel bisa berbeda-beda tergantung pengalaman penulis, panjang tulisan, dan tingkat riset. 

Artikel dengan riset yang dalam dan bahasa yang rapi biasanya harganya lebih tinggi. Kalau ada batasan bujet, bisa saja disampaikan supaya penulis membantu mencarikan opsi yang sesuai. 

Banyak penulis artikel yang fleksibel, terutama kalau komunikasinya terbuka. Tidak perlu buru-buru memilih yang termurah, karena hasil yang baik juga membawa dampak lebih besar dalam jangka panjang.

4. Beri Waktu yang Wajar

Tulisan yang baik biasanya melalui beberapa proses. Penulis membaca materi, melakukan riset, membuat kerangka, lalu menulis dan menyunting. Semua itu butuh waktu supaya hasilnya rapi dan nyaman dibaca. 

Diskusi soal tenggat waktu di awal membantu kedua pihak sama-sama nyaman. Kalau memang perlu cepat, biasanya ada pilihan pengerjaan kilat dengan biaya tambahan. Hal tersebut adalah wajar. 

Waktu yang cukup membuat penulis bisa bekerja lebih tenang. Hasil akhirnya pun lebih maksimal dan sesuai harapan.

5. Lihat Dulu Contoh Tulisannya

Setiap penulis punya gaya menulis yang khas. Ada yang formal, ada yang santai, ada juga yang penuh cerita. Portofolio atau contoh tulisan membantu melihat apakah gaya itu sesuai dengan kebutuhan klien. 

Kalau belum yakin, bisa juga bertanya apakah penulis artikel bisa menyesuaikan dengan gaya tertentu. Biasanya penulis akan jujur apakah mereka nyaman dengan permintaan itu. 

Melihat portofolio lebih dulu membuat ekspektasi lebih realistis. Kerja sama pun berjalan lebih lancar karena sudah tahu seperti apa hasilnya nanti.

6. Tanyakan soal Revisi dan Cara Komunikasi

Setiap penulis artikel punya aturan tentang revisi. Ada yang memberi revisi satu kali, ada yang lebih, ada yang tidak. Detail seperti ini lebih baik dibicarakan di awal supaya tidak menimbulkan salah paham. 

Cara komunikasi juga sebaiknya jelas, apakah lewat chat, email, atau platform lain. Komunikasi yang lancar membuat proses lebih cepat selesai. Kalau ada masukan, sampaikan dengan jelas dan tenang supaya lebih mudah dipahami. Penulis biasanya menghargai klien yang komunikatif dan terbuka.

Baca juga: Bagaimana Menentukan Target Pembaca untuk Website Bisnis?

Memilih penulis artikel untuk membantu kebutuhan konten sering terlihat mudah, tapi ternyata banyak detail kecil yang bisa memengaruhi hasil akhirnya. 

Tidak cukup hanya mengirim topik dan menunggu selesai, karena penulis artikel tetap butuh arah yang jelas supaya tulisannya sesuai harapan. Komunikasi yang baik dari awal juga bikin prosesnya jauh lebih lancar dan nyaman untuk dua pihak.

Banyak klien yang baru menyadari pentingnya persiapan setelah mengalami revisi berkali-kali atau hasil yang meleset jauh. Padahal, ada beberapa hal sederhana yang bisa dipahami dulu supaya kerja sama dengan penulis jadi lebih efektif. Dengan begitu, waktu dan tenaga yang sudah dikeluarkan juga terasa lebih sepadan.

Kalau butuh bantuan untuk bikin konten yang rapi, enak dibaca, dan sesuai kebutuhan, penuliskonten.id siap bantu sebagai penulis artikel. Jika tertarik, bisa klik di sini untuk ngobrol lebih lanjut.


Skill Penting yang Harus Dimiliki Penulis Online di Era Digital

Dunia digital bikin banyak hal berubah, termasuk cara orang membaca dan mengonsumsi informasi. Sekarang, siapa pun bisa jadi content creator, dan profesi penulis online pun makin diminati. 

Tapi menulis untuk internet itu nggak sekadar merangkai kata. Ada banyak hal yang harus dikuasai biar tulisan bisa benar-benar sampai ke pembaca.

Skill Penting Penulis Online

Skill Penting yang Harus Dimiliki Penulis Online di Era Digital

Jangan bayangkan kerja penulis online itu cuma duduk manis sambil ngetik doang. Tantangannya cukup banyak dan dinamis. Kadang diminta nulis cepat, kadang harus bikin konten buat platform yang beda-beda. 

Dunia digital butuh penulis yang lincah, peka, dan bisa beradaptasi. Tanpa bekal skill yang tepat, tulisan sebagus apa pun bisa tenggelam di tengah banjir konten yang ada.

So, seorang penulis online harusnya punya skill seperti di bawah ini.

1. Kemampuan Menulis yang Jelas dan Menarik

Menulis online beda dengan menulis buku atau jurnal. Pembaca digital biasanya ingin informasi cepat dan langsung ke intinya. Karena itu, gaya menulis yang simpel dan enak dibaca jadi kunci. Kalimat harus pendek-pendek, nggak berbelit, dan langsung ke poin utama. 

Struktur tulisan juga penting, mulai dari pembuka yang menarik, isi yang padat, dan penutup yang kuat. Penulis juga perlu peka dengan alur agar pembaca betah sampai akhir. 

Hindari bahasa terlalu formal atau terlalu santai yang bikin tulisan terasa aneh. Fokusnya tetap ke pembaca, yaitu bikin mereka nyaman membaca dan paham isinya. Semakin jelas dan menarik tulisan, makin tinggi peluang dibaca sampai tuntas.

Baca juga: 7 Skill Copywriting yang Harus Anda Punya, Jika Ingin Jualan Anda Laris Manis

2. Pemahaman SEO Dasar

SEO itu bukan cuma soal keyword, tapi soal gimana tulisan bisa mudah ditemukan lewat mesin pencari. Penulis online perlu tahu cara meletakkan keyword tanpa bikin tulisan kaku. Misalnya, pakai keyword di judul, subjudul, dan paragraf pertama dengan alami. 

Selain itu, paham cara menulis meta deskripsi juga penting karena itu yang muncul di hasil pencarian. SEO juga mencakup penggunaan heading, link internal, dan kalimat pembuka yang kuat. Jangan sampai nulis bagus, tapi nggak kebaca karena nggak SEO-friendly. 

Pemahaman dasar soal struktur URL, alt text gambar, dan loading halaman juga mendukung performa artikel. Intinya, SEO bikin tulisan lebih mudah ditemukan dan dibaca banyak orang.

3. Riset yang Kuat dan Cepat

Konten yang baik lahir dari riset yang solid. Penulis online harus bisa memilah mana informasi valid dan mana hoaks. 

Jangan asal comot dari sumber sembarangan. Cek kredibilitas sumbernya, lihat siapa penulisnya, dan kapan terakhir artikel itu diperbarui. 

Riset juga penting biar nggak menulis topik yang sudah basi. Kadang satu topik bisa butuh baca banyak referensi dulu sebelum mulai nulis. Tapi jangan sampai kelamaan di riset, nanti malah nggak nulis-nulis. 

Jadi, kemampuan mencari informasi cepat dan tepat itu penting. Riset yang matang bikin tulisan lebih dalam dan bisa dipercaya.

4. Adaptif dengan Berbagai Format Konten

Penulis online sekarang nggak cukup cuma bisa bikin artikel panjang. Kadang klien minta caption Instagram, skrip video YouTube, atau email promosi. 

Setiap format punya gaya dan tujuan yang beda. Artikel blog butuh struktur yang rapi dan lengkap. Sementara caption harus padat dan to the point. Skrip video harus terasa seperti percakapan. Email promosi harus bisa menggugah orang buat klik. 

Jadi, penulis harus luwes menyesuaikan diri dengan jenis konten yang diminta. Bukan berarti harus jago semuanya, tapi minimal paham dasar-dasarnya. Adaptif bikin peluang kerja makin luas.

5. Kemampuan Mengedit dan Self-Editing

Menulis saja belum cukup. Tulisan harus dibaca ulang, dicek ulang, dan disunting sebelum dikirim. Kadang pas nulis kita nggak sadar banyak kalimat yang belibet atau typo. Di sinilah kemampuan self-editing dibutuhkan. 

Coba baca tulisan dengan suara keras, biar tahu bagian mana yang janggal. Selain memperbaiki kesalahan teknis, editing juga menyangkut alur dan pilihan kata. Bisa jadi, kalimat perlu dipotong atau diganti biar lebih enak dibaca. 

Penulis yang jago editing biasanya lebih percaya diri mengirim tulisannya. Dan editor pun jadi lebih senang kerja sama sama dia.

6. Menguasai Tools Digital

Zaman sekarang, kerja penulis nggak bisa lepas dari tools digital. Google Docs jadi tempat utama buat nulis dan kolaborasi. Kalau menulis artikel SEO, bisa pakai Ahrefs atau Ubersuggest. 

Notion juga sering dipakai buat menyusun ide dan jadwal kerja. Selain itu, paham cara pakai CMS seperti WordPress juga jadi nilai plus. 

Tools ini bukan buat gaya-gayaan, tapi memang bikin kerja lebih cepat dan rapi. Penulis yang familier dengan tools digital biasanya juga lebih gampang adaptasi sama sistem kerja tim.

7. Paham tentang Audiens

Setiap tulisan ditujukan buat siapa? Anak muda, ibu rumah tangga, pebisnis, atau pelajar? Nah, itu yang harus dipahami dulu sebelum mulai menulis. 

Audiens memengaruhi cara penyampaian, pilihan kata, bahkan topik yang diangkat. Misalnya, gaya nulis buat Gen Z pasti beda dengan gaya nulis buat profesional. 

Kalau nggak paham audiens, tulisan bisa jadi nggak nyambung. Akhirnya, pesan pun nggak sampai. Penulis yang peka terhadap audiens akan lebih mudah bikin tulisan yang kena. Dan audiens pun akan merasa, "Wah, ini banget yang aku cari."

8. Manajemen Waktu dan Disiplin

Deadline itu teman baik sekaligus musuh utama penulis. Kalau nggak bisa atur waktu, tulisan bisa molor terus. 

Manajemen waktu penting biar kerjaan nggak menumpuk dan stres. Bikin to-do list harian bisa bantu jaga fokus. Pecah tugas besar jadi tugas kecil juga bikin proses nulis terasa lebih ringan. Disiplin juga jadi kunci. Nggak menunggu mood, tapi tetap nulis sesuai jadwal. 

Kadang memang susah, apalagi kalau kerja dari rumah. Tapi kalau mau survive di dunia penulisan, disiplin harus jadi kebiasaan. Klien senang sama penulis online yang bisa diandalkan dan konsisten.

Baca juga: Bagaimana Menentukan Target Pembaca untuk Website Bisnis?

Jadi penulis online itu butuh lebih dari sekadar bisa nulis enak dibaca. Perlu peka sama tren, ngerti cara kerja platform digital, dan tahu gimana bikin tulisan bisa muncul di mesin pencari. Skill-skill ini nggak langsung dikuasai sejak awal, tapi bisa dilatih pelan-pelan. Yang penting terus belajar dan siap beradaptasi. Biar tulisan nggak cuma dibaca, tapi juga dicari orang.

Kalau ingin mengasah kemampuan nulis yang cocok buat platform digital dan SEO-friendly, bisa banget mulai dari sesi mentoring santai. Di sini, penulis online bisa belajar langsung cara bikin artikel yang terstruktur dan punya peluang tampil di hasil pencarian. Jika tertarik, bisa klik di sini buat booking jadwal mentoring-nya.


Social Media Copywriting: Cara Bikin Hook yang Bikin Orang Berhenti Scroll

Banyak orang mengira, bahwa social media copywriting itu merely tentang kata-kata puitis yang disusun berderet-deret. Padahal, bukan itu. 

Bukan soal panjang atau puitis, tapi yang penting, kalimat pertama harus bisa bikin orang berhenti scroll. Kalau kalimat pembuka gagal, sebaik apa pun isi kontennya, kemungkinan besar tetap kelewat begitu saja. Ini tantangan besar, apalagi kalau bersaing dengan konten viral tiap detik.

Cara Bikin Hook dalam Social Media Copywriting

Social Media Copywriting: Cara Bikin Hook yang Bikin Orang Berhenti Scroll

Kadang, ide kontennya sudah bagus, desainnya menarik, tapi tetap nggak dapat perhatian. Bisa jadi masalahnya ada di bagian hook. 

Di tengah banjir informasi kayak sekarang, satu kalimat awal bisa jadi penentu. Bisa dilihat ataumalah  dilewat. Makanya, bikin hook yang tepat jadi kunci penting di dunia social media copywriting.

Nah, supaya lebih mudah dipahami memang kudu pakaii contoh sih. Cuma, contoh itu banyak sekali. Jadi, berikut akan dijelaskan hook seperti apa yang bisa dipakai untuk social media copywriting beserta contoh, dengan dibatasi pada yang sudah cukup populer. Dari sini, penulis bisa mengolah sendiri dan mengembangkan sesuai kebutuhan masing-masing.

1. Mulai dengan Pertanyaan yang Nyentil

Orang lebih gampang berhenti scroll kalau baca pertanyaan yang terasa personal. Pilih yang relate sama masalah atau kebiasaan audiens. Pertanyaan bikin mereka mikir, “Eh, iya juga ya.” 

Hindari pertanyaan terlalu umum atau yang jawabannya jelas. Lebih bagus kalau langsung menyentuh problem yang sering mereka alami.

Contoh:

  • Pernah posting tiap hari tapi tetap gak ada yang like?
  • Udah rajin bikin konten, tapi belum closing juga?
  • Kontenmu sering diskip meski udah pakai hashtag?
Baca juga: 7 Skill Copywriting yang Harus Anda Punya, Jika Ingin Jualan Anda Laris Manis

2. Bikin Pernyataan yang Bikin Kaget

Kalimat pembuka bisa juga pakai fakta yang gak biasa. Gak harus heboh, yang penting bikin orang mikir. Bisa dari insight pribadi atau hasil pengamatan. Tujuannya biar audiens langsung tertarik dan pengin tahu lebih lanjut.

Contoh:

  • Hashtag bukan lagi senjata utama buat menaikkan reach.
  • Caption lebih penting dari desain feed kamu.
  • Konten yang terlalu rapi justru kadang gak dipercaya.

3. Masukkan Data atau Angka Unik

Angka itu gampang ditangkap mata. Apalagi kalau datanya mengejutkan atau gak banyak orang tahu. Tapi jangan asal bikin angka, tetap harus relevan. Setelah kasih datanya, lanjutkan dengan insight-nya.

Contoh:

  • 80% orang cuma baca 3 baris pertama caption kamu.
  • Hanya 1 dari 10 orang yang buka carousel sampai slide terakhir.
  • Video 6–10 detik lebih sering masuk FYP dibanding 30 detik.

4. Sentuh Sisi Emosional Audiens

Kalau bisa bikin audiens merasa dimengerti, mereka bakal stay. Emosi itu bisa berupa lelah, frustrasi, bingung, atau insecure. Gak usah terlalu dalam, cukup kasih kalimat yang menunjukkan kalau penulis tahu perasaan mereka.

Contoh:

  • Capek bikin konten tapi gak ada yang respons?
  • Udah coba semua tips, tapi engagement tetap nol?
  • Ngerasa akunmu kayak ngomong sendiri tiap hari?

5. Pakai Format yang Sudah Terbukti Ampuh

Angka di awal judul atau caption itu powerful. Orang langsung tahu isi kontennya mau kasih berapa poin. Gaya ini cocok buat tips, listicle, atau konten edukatif.

Contoh:

  • 3 kesalahan yang sering bikin caption kamu dilewatin
  • 5 cara simpel naikin interaksi di IG
  • Cuma butuh 1 kalimat buat bikin orang baca sampai habis

6. Bikin Kalimat yang Menggantung

Kalimat yang belum selesai bikin orang pengin lanjut baca. Ini trik sederhana tapi sering efektif. Tapi jangan PHP. Kalau bikin menggantung, lanjutkan isinya dengan jelas.

Contoh:

  • Satu hal yang sering dilupain pas bikin konten adalah …
  • Dulu aku juga stuck banget, sampai akhirnya nemuin …
  • Kalau kamu masih ngelakuin ini, jangan harap …

7. Sebut Langsung Siapa yang Diajak Ngomong

Langsung arahkan ke siapa audiensnya. Pakai “Buat kamu yang…” atau “Kalau kamu…” biar terasa personal. Ini bikin audiens ngerasa, “Wah, ini gue banget!”

Contoh:

  • Buat kamu yang jualan online tapi bingung bikin caption, nih ada tip yang bisa dicoba!
  • Kalau kamu sering kehabisan ide konten, ini bisa dicoba.
  • Khusus buat freelancer yang pengin akun IG-nya lebih hidup, coba deh lakuin ini!
Baca juga: 7 Cara Promosi di Facebook yang Paling Efektif

Social media copywriting bukan cuma soal estetika, tapi tentang strategi narasi yang bisa bikin orang berhenti, baca, dan tertarik lanjut. Hook yang tepat bisa bantu konten tampil beda di tengah hiruk-pikuk feed. 

Semakin sering berlatih, semakin peka melihat pola mana yang efektif dan mana yang lewat begitu saja. Dan semua itu akan balik ke tujuan awal, yakni bikin konten yang nyambung sama audiens, bukan sekadar tampil.


Kalau butuh bantuan untuk lihat ulang arah konten blog biar lebih siap dimonetisasi—terutama dari sisi copy dan daya tarik di media sosial—bisa booking sesi Review Blog dulu aja. Kalau tertarik, bisa klik di sini. Kita bahas bareng biar copy yang kamu pakai benar-benar bisa jadi pengait, bukan sekadar lewat.


Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Pernah scroll media sosial atau baca artikel, lalu langsung tertarik cuma gara-gara judulnya? Nah, itu kekuatan dari headline yang ditulis dengan tepat. Cara menulis headline yang menarik ternyata nggak sesederhana kelihatannya. Butuh pemahaman, strategi, dan sedikit trik agar bisa bikin orang berhenti dan mau lanjut baca. 

Dalam dunia copywriting, headline adalah pintu pertama yang harus bisa bikin orang tertarik masuk. Kalau dari awal sudah kurang menggoda, isi sebagus apa pun bisa dilewatkan begitu saja.

Cara Menulis Headline yang Efektif

Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Bayangkan sebuah toko dengan etalase biasa saja—orang mungkin lewat tanpa melirik. Tapi kalau tampilannya mencolok, beda cerita. 

Begitu juga dengan tulisan. Headline yang tepat bisa jadi alat paling ampuh untuk mencuri perhatian. Dan di balik itu semua, ada teknik-teknik menulis headline sederhana yang bisa dipelajari siapa saja. 

Bukan cuma untuk penulis profesional, tapi juga buat siapa pun yang pengin bikin tulisannya lebih kuat dan efektif.

1. Gunakan Angka atau Fakta Spesifik

Angka selalu berhasil menarik perhatian karena sifatnya yang konkret. Orang cenderung penasaran kalau tahu ada jumlah tertentu yang akan dibahas. 

Misalnya, dibanding judul “Cara Membuat Headline Menarik”, versi “7 Langkah Membuat Headline Menarik” terasa lebih jelas. Pembaca bisa membayangkan apa saja isi di dalamnya. 

Selain itu, angka menciptakan ekspektasi. Judul jadi terasa lebih rapi dan terstruktur. 

Bisa juga dipakai untuk memberi kesan cepat dan praktis. Misalnya: “5 Detik Bikin Judul yang Menjual”. Ini cocok banget buat konten yang sifatnya edukatif atau tip.

Baca juga: Cara Mengembangkan Gaya Penulisan yang Unik sebagai Penulis Konten

2. Tawarkan Manfaat yang Jelas

Kalau pembaca nggak langsung tahu manfaatnya, kemungkinan besar mereka skip. Judul yang bagus harus bisa menjawab satu pertanyaan: “Apa untungnya buat gue?” 

Misalnya: “Cara Bikin Judul yang Bikin Orang Klik” jelas lebih menarik daripada “Teknik Dasar Menulis Headline”. Manfaat harus terasa langsung dan relevan. Kalau bisa, manfaat itu juga menyelesaikan masalah pembaca. Ini yang bikin mereka mau lanjut baca. 

Jangan terlalu abstrak atau teknis. Semakin jelas manfaatnya, semakin besar peluang kontennya dibaca.

3. Bangkitkan Rasa Penasaran

Kadang pembaca butuh alasan buat klik, dan rasa penasaran bisa jadi pemicunya. Gunakan kata-kata seperti “ternyata”, “rahasia”, “jarang diketahui”, atau “tidak banyak yang tahu”. Tapi pastikan tetap sesuai isi, jangan cuma clickbait. 

Misalnya: “Rahasia Headline yang Selalu Dibuat Copywriter Andal”. Judul seperti itu bikin orang ingin tahu apa sih rahasianya. Rasa penasaran itu mendorong pembaca untuk cari tahu lebih lanjut.

Tapi tetap jaga janji headline supaya nggak mengecewakan. Jangan bikin pembaca merasa tertipu setelah buka isi artikelnya.

4. Gunakan Bahasa yang Dekat dengan Audiens

Setiap audiens punya gaya bahasa yang beda. Headline untuk remaja tentu beda dengan headline buat profesional. Kalau targetnya anak muda, bisa pakai bahasa yang santai tapi tetap sopan. Untuk pembaca yang lebih serius, hindari bahasa terlalu santai atau terlalu teknis. 

Kuncinya adalah empati. Bayangkan sedang ngobrol dengan mereka, lalu tulis headline yang kira-kira mereka pahami. Hindari istilah yang terlalu ribet. Yang penting, pesannya sampai dan enak dibaca. Bahasa yang tepat bikin pembaca merasa kontennya relevan buat mereka.

5. Berikan Urgensi atau Tekankan Masalah

Judul yang menunjukkan urgensi bisa membuat pembaca merasa harus segera tahu isinya. Misalnya, “Jangan Lagi Bikin Judul Seperti Ini Kalau Nggak Mau Kontennya Sepi”. Judul seperti ini memunculkan rasa cemas kecil yang memancing rasa ingin tahu. 

Bisa juga dengan cara menunjukkan masalah nyata yang mereka alami. Misalnya: “Kenapa Judul Kamu Selalu Gagal Menarik Perhatian?” Ini membantu pembaca merasa dilihat dan dipahami. 

Mereka jadi lebih mungkin membaca karena merasa ada solusi. Tapi tetap hindari nada yang menggurui. Tawarkan solusi dengan nada yang ramah.

6. Cocokkan dengan Tujuan Konten

Headline bukan cuma soal menarik, tapi juga harus nyambung dengan isi. Kalau isi artikelnya edukatif, jangan pakai judul yang sensasional tapi nggak relevan. Clickbait boleh saja dipakai sesekali, asal tetap jujur. 

Yang penting, apa yang dijanjikan di judul benar-benar ada di dalam artikel. Ini penting untuk membangun kepercayaan pembaca. Apalagi kalau kamu bikin konten secara rutin. Konten yang sesuai janji headline juga punya peluang lebih besar untuk dibagikan. Jadi, pastikan judul dan isi sejalan.

Baca juga: Langkah Membuat Struktur Artikel yang Menarik Agar Mudah Dibaca dan Dibagikan

Cara menulis headline yang menarik memang bukan sekadar merangkai kata. Ada logika, rasa, dan strategi yang perlu dipikirkan supaya bisa benar-benar “kena” di pembaca. 

Tapi begitu tahu polanya, menulis headline bukan lagi beban—malah bisa jadi bagian paling seru dari proses menulis. Judul yang tepat bisa membuka jalan ke pembaca yang tepat juga. Dan dari situlah semua bisa dimulai: keterlibatan, interaksi, sampai aksi.

Review Blog


Kalau masih bingung apakah judul-judul di blog sudah cukup menarik atau belum, bisa banget diskusi bareng lewat sesi review blog. Kadang kita cuma butuh sudut pandang luar untuk lihat apa yang perlu diperbaiki. Termasuk dalam hal sekecil tapi sepenting cara menulis headline. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk booking sesi review-nya.


Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Menulis buku nonfiksi sering kali dianggap butuh latar belakang khusus—entah itu akademis, profesi, atau pengalaman jadi penulis sebelumnya. Padahal kenyataannya, banyak buku bagus justru lahir dari orang-orang biasa yang punya cerita kuat, pengalaman unik, atau pengetahuan praktis yang jarang dibahas. 

Yang penting bukan siapa yang nulis, tapi apa yang ditulis dan seberapa besar dampaknya buat pembaca.

Kalau pernah punya keinginan buat menuangkan ide atau pengalaman ke dalam buku, tapi merasa tak cukup ‘pantas’ karena bukan penulis atau ahli di bidang tertentu, mungkin waktunya untuk mengubah cara pandang. 

Buku nonfiksi enggak selalu harus berat dan kaku. Justru tulisan yang datang dari pengalaman nyata bisa terasa lebih jujur dan dekat.

Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Kalau sudah mantap ingin mulai menulis buku nonfiksi tapi masih bingung harus mulai dari mana, tenang dulu. Prosesnya bisa dipecah jadi langkah-langkah sederhana yang mudah diikuti, bahkan tanpa pengalaman menulis sebelumnya. 

Menulis buku nonfiksi enggak harus ribet. Yang penting tahu dulu arah dasarnya dan paham alur kerjanya. Berikut ini beberapa langkah praktis yang bisa dijadikan panduan supaya proses menulisnya lebih terarah dan terasa lebih ringan.

1. Tentukan Masalah atau Topik yang Ingin Diangkat

Langkah pertama adalah menentukan isi besar buku. Jangan buru-buru mikirin judul atau gaya bahasa. Fokus dulu ke pertanyaan: apa sih yang mau dibahas? 

Ambil dari pengalaman sendiri, keresahan yang sering dirasakan, atau ilmu yang sering ditanyakan orang. Misalnya, sering bantu orang atur keuangan, bisa jadi buku soal budgeting. Atau pernah berjuang lawan penyakit, bisa jadi buku inspirasi dan panduan. 

Tak harus pintar banget. Cukup paham dan pernah menjalani. Pembaca biasanya lebih tertarik sama yang relate, bukan yang rumit. Jadi, cari satu topik yang paling kuat dan punya potensi memberi nilai buat orang lain.

Baca juga: Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

2. Perjelas Tujuan Buku

Banyak yang mulai menulis buku nonfiksi tanpa tahu tujuan bukunya. Akhirnya, isinya ke mana-mana. 

Sebelum mulai nulis, pastikan dulu: Buku ini pengin bantu siapa? Dan bantu dalam hal apa? Misalnya, mau bantu ibu rumah tangga bikin usaha rumahan. Atau bantu fresh graduate cari kerja. 

Tujuan ini akan jadi pegangan selama proses menulis. Jadi setiap kali bingung, tinggal balik ke tujuan. Kalau buku punya arah yang jelas, pembaca juga akan lebih gampang menangkap maksudnya. Dan buku akan terasa utuh dari awal sampai akhir. Tujuan juga bikin proses nulis lebih terarah dan enggak bikin cepat menyerah di tengah jalan.

3. Rancang Outline Buku

Outline itu semacam kerangka. Isinya daftar poin-poin yang mau dibahas. Enggak harus langsung lengkap. Mulai saja dari bab pertama sampai akhir, cukup dalam bentuk poin atau pertanyaan. 

Misalnya: Bab 1 – Kenapa Topik Ini Penting? Bab 2 – Masalah Umum yang Dihadapi, dan seterusnya. 

Outline ini bikin menulis buku nonfiksi jadi lebih ringan, karena enggak harus mikir dari nol tiap kali buka laptop. Selain itu, outline bantu mengecek apakah alur bukunya sudah enak atau masih lompat-lompat. 

Kalau belum biasa nulis panjang, outline akan sangat ngebantu. Bahkan kalau pun nanti pakai bantuan editor, outline bikin proses penyusunan jadi lebih efisien.

4. Tulis dengan Gaya Bahasa Sendiri

Banyak yang berpikir menulis buku nonfiksi itu harus pakai bahasa baku yang kaku. Padahal enggak. Justru buku nonfiksi yang enak dibaca itu biasanya pakai bahasa sehari-hari yang ringan dan mengalir. 

Gaya bahasanya cukup sopan tapi tetap santai. Bayangkan seperti lagi mengobrol saja. Enggak perlu banyak istilah rumit, kecuali kalau memang dibahas juga artinya. 

Fokus ke cara menyampaikan ide biar gampang dimengerti. Boleh banget kasih jeda, pakai kalimat pendek-pendek. Jangan memaksa pakai bahasa yang tak biasa dipakai sendiri. Pembaca bisa merasa lebih dekat kalau tulisannya terasa alami.

5. Sisipkan Cerita dan Contoh Nyata

Tulisan tanpa contoh atau cerita biasanya susah nyantol di kepala. Jadi, penting banget untuk menyisipkan kisah nyata atau pengalaman pribadi. Bisa juga pakai cerita orang lain yang relevan. 

Misalnya lagi bahas cara mengatur waktu, kasih contoh nyata dari rutinitas yang dijalani. Kalau lagi bahas pengeluaran, bisa kasih ilustrasi angka yang sederhana. Cerita dan contoh ini bikin pembaca lebih kebayang. 

Bukan sekadar teori, tapi ada gambaran nyata yang bisa diikuti. Selain itu, cerita juga bikin buku nonfiksi lebih hidup. Enggak kaku dan enggak terasa seperti baca makalah.

6. Revisi dan Perbaiki

Setelah draf selesai, jangan langsung puas. Tahap revisi itu krusial. 

Di sini, kamu bisa baca ulang, perbaiki bagian yang janggal, atau buang yang gak perlu. Kadang pas menulis buku nonfiksi, kita enggak sadar ada bagian yang diulang, atau kalimatnya muter-muter. 

Revisi bikin isi buku jadi lebih padat, jelas, dan enak dibaca. Baca keras-keras juga bisa bantu mengecek alur kalimatnya. Kalau pas dibaca terdengar janggal, berarti perlu diubah. 

Jangan takut potong tulisan. Lebih baik ringkas tapi bisa menempel di kepala, daripada panjang tapi bikin bosan. Kalau perlu, minta orang lain buat bantu baca juga. Masukan dari luar bisa sangat membantu.

7. Jangan Takut Minta Bantuan Profesional

Kalau belum pernah menulis buku nonfiksi sebelumnya, wajar kalau bingung di tengah jalan. Bisa mentok ide, ragu sama tulisan sendiri, atau bingung soal penerbitan. Di sinilah bantuan dari mentor atau konsultan bisa sangat berarti. 

Konsultasi penulisan buku bisa bantu dari tahap awal sampai akhir. Mulai dari menyusun ide, bikin outline, review tulisan, sampai siap terbit. Semua prosesnya didampingi, jadi lebih tenang dan enggak jalan sendirian. 

Layanan konsultasi penulisan buku dari Penulis Konten cocok banget buat yang pengin nulis buku tapi masih ragu. Dengan pendampingan, buku bisa selesai lebih cepat dan lebih terarah.

Baca juga: Bagaimana Menentukan Target Pembaca untuk Website Bisnis?

Menulis buku nonfiksi bukan cuma milik mereka yang sudah punya nama atau gelar tertentu. Siapa pun bisa mulai, asal tahu cara menyusunnya dan punya semangat buat berbagi isi kepala. Gak masalah kalau belum pernah nulis sebelumnya. Yang penting berani menuangkan ide, terbuka untuk belajar, dan tahu kapan harus minta bantuan.


Jasa Konsultasi Penulisan Buku Nonfiksi


Butuh pendampingan biar buku impian bisa benar-benar jadi nyata? Klik di poster atau langsung di sini untuk booking layanan konsultasi penulisan buku.

 

Cara Riset Tren untuk Menemukan Topik yang Sedang Populer

Cari ide konten yang segar memang nggak selalu mudah. Kadang sudah memutar otak, tetap saja mentok. Di sinilah pentingnya tahu cara riset tren. Dengan tahu apa yang sedang ramai dibicarakan, peluang untuk bikin konten yang relevan dan menarik jadi lebih besar.

Tapi, riset tren bukan soal ikut-ikutan semata. Ada proses yang perlu dijalani supaya hasilnya benar-benar berguna. Kalau bisa dilakukan dengan tepat, tren bisa jadi pintu masuk ke topik-topik yang relevan, relate, dan punya potensi viral.

Cara Riset Tren untuk Topik Konten

Cara Riset Tren untuk Menemukan Topik yang Sedang Populer

Supaya bisa menemukan topik yang tepat, perlu langkah-langkah yang jelas dan terarah. Cara riset tren yang baik bukan soal feeling semata, tapi soal memanfaatkan data dan membaca situasi. 

Nah, di bawah ini ada beberapa metode praktis yang bisa dilakukan untuk menggali topik yang sedang ramai, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan pembaca.

1. Gunakan Google Trends

Google Trends bisa bantu lihat topik apa yang lagi ramai dicari. Cukup buka situsnya, lalu ketik kata kunci yang relevan. Misalnya, ketik “kuliner” atau “desain rumah”. Nanti bakal muncul grafik minat orang dari waktu ke waktu. Bisa juga lihat topik yang populer di wilayah tertentu.

Pakai fitur “Trending Now” kalau mau tahu pencarian yang lagi naik hari ini. Cocok buat cari ide konten yang masih hangat dan belum basi.

Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten

2. Manfaatkan Media Sosial

Media sosial itu tempat paling cepat buat lihat tren. Coba buka X (Twitter), TikTok, Instagram, atau YouTube. Lihat hashtag yang sering dipakai, video yang lagi FYP, atau tweet yang banyak dibahas.

TikTok punya fitur Creative Center. Di sana bisa cek topik, suara, atau produk yang lagi ngetren. YouTube juga punya halaman Trending. Dari situ bisa kelihatan tema video yang lagi ramai.

3. Gunakan Tools SEO seperti Ahrefs, Ubersuggest, atau SEMrush

Kalau mau yang lebih terukur, tools SEO bisa bantu banget. Masukkan kata kunci umum, nanti muncul banyak ide turunan. Bisa kelihatan juga jumlah pencariannya.

Pilih kata kunci yang tren pencariannya lagi naik. Jadi bukan cuma banyak dicari, tapi juga sedang tumbuh. Itu tanda kalau topiknya punya potensi besar buat dikembangkan.

4. Cek Forum dan Komunitas Online

Forum online kayak Reddit, Quora, dan Kaskus sering jadi tempat orang curhat, nanya, atau diskusi. Di situ bisa kelihatan langsung apa yang lagi jadi perhatian banyak orang.

Lihat kategori atau thread yang ramai. Cek juga pertanyaan yang sering diulang. Biasanya, dari satu pertanyaan bisa berkembang jadi banyak ide topik yang relevan.

5. Pantau Pesaing atau Media Populer

Lihat juga apa yang sedang dibahas pesaing atau media lain. Cek blog atau portal yang satu niche. Perhatikan konten yang baru tayang dan sudah ramai komentar atau dibagikan.

Bisa juga pakai BuzzSumo untuk lihat artikel yang punya performa tinggi di media sosial. Dari situ, bisa tahu mana topik yang memang menarik dan berpotensi viral.

6. Perhatikan Kalender Momen dan Event Terkini

Tren juga sering datang dari momen musiman atau event besar. Misalnya Ramadan, hari-hari peringatan seperti Hari Museum, Hari Buku, dan sebagainya. Lalu ada momen tahun ajaran baru, pemilu, konser, atau serial film yang baru rilis.

Punya kalender momen bisa bantu merencanakan konten dari jauh-jauh hari. Jadi nggak cuma ikut tren, tapi juga bisa siap lebih awal dari yang lain.

7. Gunakan Google Search Suggest dan People Also Ask

Pas lagi ngetik sesuatu di Google, perhatikan saran otomatis yang muncul. Itu semua berdasarkan apa yang sering dicari orang.

Scroll juga ke bagian “Orang juga bertanya”. Dari situ, bisa dapat insight soal pertanyaan-pertanyaan umum yang masih relevan dan bisa dijawab lewat konten.

8. Gabungkan Data dan Lakukan Analisis Cepat

Setelah mengumpulkan semua informasi dari berbagai sumber, waktunya bandingkan. Lihat mana topik yang paling sering muncul, punya tren naik, dan belum terlalu banyak dibahas.

Fokus pada topik yang relevan sama target audiens. Jangan lupa cek juga apakah kontennya bisa dikembangkan jadi bahasan panjang, video, atau bahkan konten berseri.

Baca juga: 3 Cara Memilih Topik Artikel yang Pasti Dibaca Orang!

Cara riset tren yang tepat bisa jadi pembeda antara konten yang tenggelam dan konten yang ramai diperbincangkan. Dengan tahu apa yang sedang hangat, proses bikin konten jadi lebih terarah dan relevan. 

Tapi tetap ingat, tren cuma pintu masuk. Isi dan sudut pandang yang dibawa tetap harus kuat dan punya nilai. Jadi, setelah tahu caranya, tinggal bagaimana memanfaatkannya dengan cerdas dan konsisten.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Strategi Konten: Menjaga Konsistensi Produksi di Tengah Deadline Ketat

Strategi konten bukan cuma soal bikin ide lalu langsung dieksekusi. Di balik setiap konten yang rutin terbit, ada perencanaan yang rapi dan sistem kerja yang tertata. 

Apalagi kalau harus tetap konsisten di tengah tumpukan deadline yang datang terus-menerus. Tanpa strategi yang pas, produksi bisa berantakan dan kualitas konten ikut turun.

Strategi Konten agar Konsisten

Strategi Konten: Menjaga Konsistensi Produksi di Tengah Deadline Ketat

Menjaga ritme kerja biar tetap stabil memang bukan hal mudah. Ada banyak tantangan yang muncul, mulai dari keterbatasan waktu, ide yang mandek, sampai revisi yang tak kunjung selesai. Tapi dengan pendekatan strategi konten yang tepat, semua itu tetap bisa diatur dengan tenang dan terukur.

1. Buat Kalender Konten yang Realistis

Kalender konten bukan cuma alat buat menandai tanggal tayang. Tapi juga jadi panduan kerja yang harus sesuai kapasitas tim. Kalau tim kecil, jangan paksa produksi konten setiap hari. Lebih baik konsisten seminggu dua kali daripada maksa tiap hari tapi keteteran.

Di dalam kalender, bukan cuma ada tanggal publish, tapi juga ada tahapan produksi. Mulai dari riset, penulisan, editing, sampai jadwal revisi. Tambahkan juga waktu kosong untuk jaga-jaga kalau ada revisi mendadak. Jadi, produksi tetap jalan tanpa bikin stres.

Baca juga: 5 Langkah Membuat Content Strategy yang Efektif

2. Gunakan Template dan Format Tetap

Template bikin kerja lebih ringan karena gak perlu mikir struktur dari awal. Misalnya, semua artikel bisa pakai pola pembuka – poin-poin – penutup. Untuk video, bisa pakai urutan hook – isi – call to action.

Dengan format tetap, proses produksi jadi lebih efisien. Apalagi kalau kerja bareng tim. Semua orang tahu pola yang dipakai, jadi lebih mudah kolaborasi. Editing juga lebih cepat karena gak perlu banyak penyesuaian.

3. Manfaatkan Konten Evergreen

Konten evergreen adalah konten yang tetap relevan dalam waktu lama. Misalnya, panduan dasar, penjelasan istilah, atau tutorial umum. Konten jenis ini bisa dibuat jauh-jauh hari karena gak terpengaruh tren atau momen.

Simpan beberapa konten evergreen dalam bentuk draf siap tayang. Jadi saat lagi sibuk atau tim kehabisan ide, tinggal pakai cadangan ini. Konsistensi tetap terjaga tanpa harus buru-buru bikin konten baru.

4. Buat Sistem Editorial yang Terstruktur

Kalau tim sudah mulai lebih dari satu orang, sistem kerja harus jelas. Siapa yang riset, siapa yang nulis, siapa yang edit, siapa yang upload. Semua peran harus punya timeline masing-masing biar gak tabrakan.

Penting juga buat mencatat semua progress. Bisa pakai Google Sheet, Trello, atau Notion. Dengan begitu, semua tahu apa yang sudah selesai dan apa yang masih dalam proses. Produksi konten pun jalan lebih mulus dan rapi.

5. Gunakan Bank Ide Konten

Kadang ide itu datangnya pas lagi santai, bukan pas dikejar deadline. Makanya, setiap ada ide konten, langsung catat. Kumpulkan di satu tempat, bisa di catatan ponsel, board Trello, atau spreadsheet sederhana.

Kalau bank ide ini terus diisi, proses produksi jadi lebih cepat. Saat butuh konten, tinggal ambil dari daftar. Gak perlu mikir keras dari nol. Ini sangat membantu terutama di minggu-minggu sibuk.

6. Batching Pekerjaan

Batching itu artinya mengelompokkan pekerjaan sejenis dalam satu waktu. Misalnya, semua naskah untuk minggu depan ditulis dalam dua hari. Hari berikutnya khusus buat editing, lalu layout dan publish di hari lain.

Cara ini bikin kerjaan lebih fokus. Gak capek bolak-balik antara nulis, edit, dan mikir desain dalam satu hari. Otak bisa kerja lebih maksimal kalau difokuskan ke satu jenis tugas dalam satu waktu.

7. Evaluasi dan Revisi Secara Berkala

Strategi konten yang efektif sekarang belum tentu cocok selamanya. Jadi, penting banget buat evaluasi rutin. 

Misalnya, tiap akhir bulan luangkan waktu buat cek performa. Apakah semua jadwal bisa ditepati? Apakah tim mulai kewalahan?

Kalau ada yang bikin kerjaan mandek, langsung perbaiki. Bisa jadi perlu kurangi frekuensi tayang atau tambah orang di tim. Evaluasi bikin strategi konten tetap relevan dan konten tetap konsisten tanpa bikin burnout.

Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca

Strategi konten yang tepat bisa jadi penopang utama saat tekanan kerja datang bertubi-tubi. Bukan hanya membantu menjaga alur produksi tetap lancar, tapi juga mencegah tim kehabisan tenaga di tengah jalan. 

Konsistensi bukan soal kerja tanpa henti, tapi soal kerja yang terencana dan efisien. Dengan langkah yang terstruktur dan realistis, menjaga kualitas di tengah deadline ketat tetap bisa dilakukan tanpa kehilangan arah.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sering disepelekan saat menulis konten, apalagi oleh penulis pemula yang baru mulai terjun. Padahal, riset itu bukan cuma soal mengumpulkan data, tapi tentang memahami topik secara utuh sebelum mulai merangkai kalimat.

Tanpa riset yang cukup, tulisan gampang melenceng, dangkal, atau malah salah arah. Hasilnya bisa bikin pembaca kecewa atau ragu. 

Makanya, langkah awal sebelum nulis seharusnya bukan langsung buka Words dan mengetik saja, tapi gali informasi sedalam mungkin dulu.

Apa Pentingnya Riset sebelum Menulis?

Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sebelum menulis bukan cuma teori yang sering diulang-ulang. Ini adalah langkah dasar yang menentukan kualitas akhir sebuah tulisan. Dengan riset yang tepat, penulis bisa menyusun konten yang bukan hanya informatif, tapi juga relevan dan meyakinkan. 

Supaya lebih jelas, berikut beberapa alasan kuat mengapa riset perlu dilakukan sejak awal sebelum mulai menulis.

1. Meningkatkan Akurasi Informasi

Salah satu kesalahan umum penulis pemula adalah menulis berdasarkan ingatan atau asumsi pribadi. Padahal, informasi akan terus berkembang. Fakta yang valid tahun lalu bisa saja sudah usang hari ini. Jangankan hitungan tahun, dalam beberapa jam, sebuah fakta bisa saja berubah.

Tanpa riset, konten rawan menyebarkan info yang salah. Misalnya, saat menulis soal investasi, banyak istilah teknis yang harus dijelaskan dengan benar. Salah kutip angka atau salah jelaskan istilah bisa bikin pembaca salah paham, bahkan rugi.

Riset bantu penulis mengecek informasi langsung dari sumber asli—seperti situs resmi, jurnal, laporan lembaga, atau berita tepercaya. Tujuannya bukan cuma biar tulisan lengkap, tapi juga aman dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tulisanmu dipercaya, pembaca akan balik lagi.

Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten

2. Memahami Audiens dengan Lebih Baik

Konten yang bagus bukan cuma soal apa yang ditulis, tapi untuk siapa ditulis. Penulis sering lupa menyesuaikan gaya dan isi tulisan dengan karakter pembacanya. Di sinilah riset audiens jadi penting. 

Misalnya mau nulis tentang tip menabung. Kalau targetnya mahasiswa, pendekatannya akan beda dibanding jika targetnya karyawan usia 30-an.

Riset audiens bisa dilakukan lewat baca komen di artikel serupa, lihat postingan populer di media sosial, atau cek pertanyaan yang sering muncul di forum seperti Quora atau Reddit. Dari situ, penulis bisa tahu gaya bahasa apa yang cocok, seberapa dalam penjelasan yang dibutuhkan, dan masalah apa yang paling sering mereka hadapi. 

Dengan begitu, penulis akan lebih mudah membuat konten yang lebih mengena dan nggak terasa kaku atau terlalu umum.

3. Membangun Kredibilitas Tulisan

Orang akan lebih percaya pada tulisan yang punya dasar. Kalau kamu menulis pakai opini pribadi tanpa dukungan data, pembaca bisa anggap itu cuma pendapat sepihak. 

Tapi kalau kamu menyisipkan fakta dari sumber yang valid—misalnya jurnal ilmiah, laporan riset, atau pakar di bidang tersebut—tulisanmu akan lebih berbobot. Misalnya, saat menulis tentang perubahan iklim, kutipan dari IPCC (lembaga PBB untuk iklim) jauh lebih kuat dibanding kutipan dari blog biasa. 

Menyebut sumber juga menunjukkan kamu menghargai kerja orang lain dan tidak asal klaim. Ini penting, apalagi kalau kamu ingin tulisanmu masuk ke media besar, atau dipakai untuk keperluan profesional.

4. Menghindari Plagiarisme dan Duplikasi

Plagiarisme bukan cuma soal menyalin bulat-bulat, tapi juga bisa terjadi saat menulis terlalu mirip dari satu sumber. Penulis pemula kadang tak sadar sudah terlalu meniru struktur atau gaya dari artikel yang dibacanya. 

Nah, dengan riset dari banyak sumber, kamu bisa mengombinasikan ide dan menyusun ulang informasi jadi versi kamu sendiri.

Misalnya kamu baca lima artikel tentang topik yang sama. Setiap artikel mungkin punya sudut pandang yang berbeda. Dari sana, kamu bisa melihat celah yang belum dibahas atau justru menggabungkan beberapa poin menjadi insight baru.

Hasilnya akan jauh lebih original dan punya nilai tambah dibanding menulis ulang dari satu artikel saja.

5. Menemukan Angle atau Topik yang Unik

Saat menulis tentang topik yang sudah umum, tantangan utamanya adalah membuat tulisanmu tetap menarik dan standout di antara ratusan—bahkan ribuan artikel bertopik serupa lainnya. Di sinilah pentingnya riset mendalam. Riset bukan cuma soal “apa yang sudah ditulis orang lain”, tapi juga tentang “apa yang belum ditulis”.

Contoh: topik “manfaat meditasi” sudah sangat umum. Tapi lewat riset, kamu bisa menemukan pendekatan yang belum banyak diangkat, seperti “manfaat meditasi untuk pekerja shift malam” atau “meditasi untuk mengurangi overthinking sebelum tidur”. 

Riset bisa dilakukan dengan cek keyword long-tail, membaca jurnal baru, atau memperhatikan pertanyaan unik dari forum diskusi. Sudut pandang seperti ini bikin tulisanmu lebih fresh dan berpeluang lebih tinggi dibaca.

6. Mendukung Strategi SEO

Kalau menulis untuk dipublikasikan online, kamu nggak bisa lepas dari SEO (Search Engine Optimization). Tujuannya sederhana: supaya tulisanmu muncul di hasil pencarian Google. Ini menunjukkan pentingnya riset keyword. Tanpa riset, kamu bisa aja bikin tulisan yang bagus tapi sepi pembaca.

Keyword research membantu kamu tahu apa yang orang cari, seberapa besar volume pencariannya, dan bagaimana tingkat persaingannya. Misalnya, kata kunci “tips menabung” sangat umum dan persaingannya tinggi. Tapi setelah riset, kamu bisa nemu varian seperti “cara menabung gaji UMR” atau “menabung untuk dana darurat” yang lebih spesifik dan relevan.

Tools seperti Google Trends, Ubersuggest, atau Keyword Planner bisa bantu cari keyword ini. Selain itu, kamu juga bisa pelajari struktur artikel yang muncul di halaman pertama Google. Dari situ, kamu bisa sesuaikan struktur dan sudut pandang supaya tulisanmu punya peluang bersaing.

7. Menguatkan Struktur dan Alur Tulisan

Banyak penulis pemula langsung nulis tanpa bikin kerangka dulu. Akibatnya, tulisan jadi loncat-loncat, enggak nyambung antar paragraf, atau malah ngalor-ngidul. 

Riset membantu menyusun struktur yang solid. Dengan banyak data dan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya, kamu bisa menentukan bagian mana yang jadi pembuka, pendalaman, dan penutup.

Misalnya kamu mau nulis “cara mengatur waktu untuk freelancer”. Setelah riset, kamu mungkin menemukan bahwa masalah terbesar justru bukan pada alat bantu, tapi pada mindset. Maka kamu bisa mulai dari pengantar soal tantangan umum freelancer, lanjut ke alasan pentingnya mindset, baru ke solusi teknis seperti to-do list atau aplikasi pengatur waktu.

Dengan alur seperti ini, pembaca akan merasa diajak jalan bareng dari awal sampai akhir. Enggak bingung dan enggak bosan.

Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca

Pentingnya riset tak bisa dianggap sepele kalau ingin menghasilkan tulisan yang benar-benar berkualitas. 

Riset jadi fondasi yang menopang isi, struktur, dan kepercayaan pembaca terhadap konten yang disajikan. Makin dalam riset yang dilakukan, makin kuat juga hasil akhirnya. 

Menulis bukan soal cepat selesai, tapi bagaimana caranya bisa memberi nilai lewat informasi yang akurat, relevan, dan punya sudut pandang yang jelas.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Dalam dunia digital marketing, SEO on-page sering disebut sebagai langkah pertama yang harus dikuasai. Tapi ternyata, itu baru separuh dari perjalanan. Masih ada sisi lain yang nggak kalah penting dan justru sering luput dari perhatian—padahal pengaruhnya besar terhadap performa website di hasil pencarian.

Banyak yang masih bingung, mana yang lebih penting: optimasi dari dalam situs atau membangun reputasi dari luar? Jawabannya nggak sesederhana memilih satu sisi. Justru, keduanya saling melengkapi dan punya peran masing-masing. Yuk, kenali dulu dasarnya sebelum mulai menentukan strategi yang pas.

Perbedaan SEO On-Page dan Off-Page yang Perlu Diketahui

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Biar nggak makin bingung bedain antara SEO on-page dan off-page, coba simak beberapa perbedaan utamanya berikut ini. Penjelasannya simpel dan langsung ke poinnya, jadi gampang dicerna.

1. Fokus Optimasi

SEO on-page lebih banyak bermain di dalam rumah sendiri. Artinya, semua hal yang bisa dilihat atau dirasakan langsung dari website—mulai dari kontennya, struktur halaman, sampai tata letak elemen SEO—itu masuk ranah on-page. Tujuannya supaya mesin pencari bisa lebih mudah memahami isi situs. 

Sementara SEO off-page justru bekerja dari luar. Fokusnya adalah membangun citra dan kekuatan situs dari koneksi eksternal seperti backlink dan promosi. Jadi, walaupun nggak tampak langsung di halaman, efeknya sangat berpengaruh ke peringkat.

Baca juga: 6 Teknik Digital Marketing yang Paling Sering Digunakan

2. Kontrol Penuh

Salah satu kelebihan SEO on-page adalah kontrol penuh ada di tangan pemilik website. Mau ubah judul, perbaiki struktur kalimat, atau tambahkan gambar, semua bisa dilakukan kapan saja. Ini bikin proses optimasi jadi lebih fleksibel. 

Berbeda dengan SEO off-page yang sebagian besar bergantung pada pihak luar. Misalnya, dapat backlink dari situs lain atau dibicarakan di media sosial. Kita cuma bisa berusaha, tapi nggak bisa atur hasilnya langsung.

3. Elemen yang Dioptimasi

Dalam SEO on-page, elemen yang dioptimasi mencakup banyak hal teknis dan konten. Judul artikel harus mengandung kata kunci yang pas. Meta deskripsi perlu menarik dan menjelaskan isi artikel secara singkat. Struktur heading juga penting agar pembaca dan mesin pencari nggak bingung. Ditambah lagi dengan optimasi gambar, penggunaan URL yang rapi, dan kecepatan loading halaman. Semua ini saling melengkapi supaya halaman lebih SEO-friendly.

Sementara SEO off-page lebih menekankan ke hal-hal seperti backlink dari situs lain. Makin banyak dan makin berkualitas backlink-nya, makin bagus performa SEO. Selain itu, faktor lain seperti share di media sosial, review, dan sebutan merek (brand mention) juga ikut dinilai oleh mesin pencari. Jadi meskipun tak tampak di halaman, semuanya ikut bantu dorong peringkat.

4. Tujuan Utama

SEO on-page bertujuan bikin isi website mudah dipahami oleh mesin pencari dan nyaman dibaca manusia. Jadi, fokusnya bukan cuma soal teknis, tapi juga pengalaman pengguna. Konten harus relevan dan menjawab pertanyaan pengunjung. Struktur halaman juga harus rapi agar mudah dijelajahi. 

Sedangkan SEO off-page lebih ke soal membangun kredibilitas. Tujuannya supaya situs dianggap layak dipercaya dan punya otoritas tinggi dibanding situs lain.

5. Dampak terhadap Ranking

Dampak SEO on-page terasa langsung pada kualitas dan relevansi konten. Semakin rapi dan informatif isi halaman, makin besar kemungkinan masuk ke halaman pertama hasil pencarian. Tapi kalau cuma andalkan on-page, hasilnya belum tentu maksimal.

 SEO off-page membantu dorong kepercayaan dan kekuatan domain. Backlink dari situs besar, misalnya, bisa jadi sinyal ke Google kalau situs tersebut layak diberi peringkat tinggi. Kombinasi keduanya jauh lebih efektif daripada mengandalkan salah satu.

Bagaimana Keduanya Saling Melengkapi untuk Hasil yang Optimal?

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai


SEO on-page dan off-page sebenarnya saling melengkapi, bukan saling gantiin. Kalau dianalogikan, SEO on-page itu seperti menata isi rumah agar nyaman dan menarik, sedangkan SEO off-page itu seperti membangun reputasi di lingkungan sekitar. Keduanya perlu jalan bareng supaya situs bisa tampil maksimal di mata mesin pencari.

1. Mulai dari Fondasi: Perkuat SEO On-Page Terlebih Dahulu

Sebelum promosi ke luar, isi website harus kuat dulu. Fokus dulu ke konten yang berkualitas, struktur heading yang jelas, penggunaan keyword yang pas, dan pengalaman pengguna yang nyaman. Pastikan loading website cepat, tampilan mobile-friendly, dan semua halaman mudah dijelajahi. SEO off-page nggak akan banyak membantu kalau fondasi situsnya sendiri belum siap.

2. Buat Konten yang Pantas Dibagikan

Konten yang informatif dan relevan lebih mudah mendapat backlink dan share. Jadi, SEO on-page mendukung SEO off-page secara langsung. Misalnya, artikel yang menjawab pertanyaan spesifik dan dilengkapi data aktual cenderung dijadikan referensi oleh situs lain. Ini bisa memicu backlink alami tanpa harus minta.

3. Gunakan Internal Link untuk Perkuat Struktur

Internal link bukan cuma bantu pengunjung pindah antar halaman, tapi juga bantu mesin pencari memahami hubungan antar topik dalam website. Ini adalah bagian dari SEO on-page yang sering dilupakan. Ketika situs mulai mendapat backlink (off-page), link internal bantu mendistribusikan nilai SEO ke halaman lain, jadi tidak hanya satu halaman yang kuat, tapi seluruh struktur situs ikut terdorong.

4. Bangun Kredibilitas Lewat Backlink Berkualitas

Setelah konten siap dan struktur on-page optimal, mulai kerja SEO off-page. Caranya bisa dengan guest post di blog lain, kerja sama dengan media online, ikut diskusi di forum yang relevan, atau promosi lewat media sosial. Tujuannya satu: dapat backlink dari situs tepercaya. Mesin pencari akan lihat ini sebagai sinyal positif bahwa situs punya reputasi baik.

5. Konsisten Bangun Reputasi Brand di Luar Situs

SEO off-page nggak cuma soal backlink. Brand mention tanpa link pun bisa ikut memengaruhi peringkat. Jadi, aktiflah di media sosial, bangun komunitas, dan hadir di berbagai platform. Ini bantu memperkuat eksistensi situs di luar halaman utama, yang akan berdampak positif pada SEO secara keseluruhan.

6. Pantau Kinerja dan Lakukan Penyesuaian

Setelah dua-duanya berjalan, penting untuk evaluasi. Lihat halaman mana yang mulai naik peringkat dan mana yang butuh didorong lagi. Gunakan tools seperti Google Search Console, Google Analytics, atau Ahrefs. Dari situ bisa terlihat, apakah SEO on-page perlu perbaikan lagi, atau strategi off-page-nya yang harus ditingkatkan.

7. Jadikan SEO sebagai Proses Terus-Menerus

SEO bukan kerja sekali jadi. Perlu pemeliharaan terus-menerus. Konten lama perlu di-update, tautan yang rusak harus diperbaiki, dan backlink baru tetap harus dicari. On-page menjaga kualitas dari dalam, off-page menjaga kekuatan dari luar. Keduanya harus terus dipelihara bareng-bareng.

Baca juga: Teknik Digital Marketing untuk Website agar Trafik Meningkat Secara Organik

Seo on-page memang jadi pondasi awal, tapi nggak akan lengkap tanpa didukung strategi off-page yang solid. Keduanya bukan untuk dipilih salah satu, tapi dikerjakan bareng supaya hasilnya maksimal. 

Dengan konten yang rapi di dalam dan reputasi yang kuat di luar, performa website bisa naik pelan tapi pasti. Tinggal konsisten, evaluasi rutin, dan terus belajar menyesuaikan strategi. Dunia digital berubah cepat, jadi penting buat tetap lincah mengikuti arahnya.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

PenulisKonten.id
Menyediakan Konten untuk 
Keperluan Marketing, Branding, 
Bisnis, dan Penjualan

SUBSCRIBE & FOLLOW

TERBARU!

Cara Copywriting yang Efektif untuk Menarik Perhatian

Menulis dengan tepat enggak sekadar merangkai kata yang indah. Dibutuhkan cara copywriting yang bisa bikin orang berhenti membaca sejenak, l...

POPULAR POSTS

  • 9 Tip Menyusun Strategi Pemasaran Produk untuk Toko Online Pemula di Instagram
  • 6 Ide Konten Website Bisnis yang Bisa Anda Coba Sekarang Juga!
  • 9 Ide Konten untuk Instagram Bisnis Agar Menarik Followers Anda!
  • Yuk, Belajar 11 Teknik Copywriting untuk Deskripsi Produk yang Menarik dan Menjual!
  • Strategi Penggunaan Hashtag di Media Sosial yang Paling Jitu

Categories

  • Bisnis 20
  • Branding 9
  • Digital Marketing 73
  • Social Media Marketing 22
  • Strategi Konten 29

Testimoni

Gue minta bantuan PenulisKonten.id untuk konten website, musti ada penyesuaian di awal agar sesuai dengan target pembaca. Tapi seiring berjalannya waktu, makin membaik. Ga terasa uda lebih dari setahun kerjasama.

Good job!

- Andhika Diskartes
Financial planner, pemilik website diskartes.com dan valuemagz.id

---

PenulisKonten.id selalu konsisten memberikan pekerjaan terbaik dengan hasil yang terukur jelas dan kemajuan yang selalu menggembirakan. Komunikasi yang cepat dan terbuka adalah poin kuat lain dari mereka.

- Dani Rachmat
Bloger Keuangan, pemilik akun Instagram @danirachmat



---
PenulisKonten.id memberikan banyak insight buat kami yang baru pertama kali memanfaatkan media sosial dalam melakukan promosi. Mereka juga sangat profesional karena selalu mengkomunikasikan konten yang akan diposting dan menerbitkan laporan setiap bulannya. Sukses PenulisKonten.id.

- Agnes Utari
Kaprodi Magister Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Ramai

  • Skill Penting yang Harus Dimiliki Penulis Online di Era Digital
  • Social Media Copywriting: Cara Bikin Hook yang Bikin Orang Berhenti Scroll
  • Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Arsip

Hubungi Kami!

Email: penuliskontenid@yahoo.com
Kirim pesan WhatsApp Business

Copyright © Penulis Konten. Designed by OddThemes