Menjadi penulis online sering kali bukan cuma soal menulis. Ada proses panjang di balik setiap artikel, mulai dari mencari ide, melakukan riset, sampai akhirnya menuangkan semuanya jadi tulisan yang enak dibaca. Di sinilah tantangan membagi waktu mulai terasa.
Kadang kamu sudah siap menulis, tapi risetnya belum tuntas. Atau sebaliknya, terlalu lama di tahap riset sampai tulisan gak juga dimulai. Kalau gak diatur dengan baik, waktu bisa habis tanpa hasil yang memuaskan.
Cara Membagi Waktu untuk Menulis
Banyak penulis yang akhirnya kelelahan sendiri karena merasa semua harus dilakukan sekaligus. Padahal, dengan sedikit pengaturan dan kebiasaan yang tepat, prosesnya bisa jauh lebih ringan. Kuncinya ada di cara kamu mengatur ritme kerja dan menjaga fokus di setiap tahapnya.
So, berikut adalah beberapa tips membagi waktu antara riset dan menulis yang bisa diterapkan agar waktu kerja menjadi lebih efisien.
1. Pisahkan Waktu Riset dan Waktu Menulis
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan penulis online adalah mencampur waktu riset dan waktu menulis dalam satu sesi. Awalnya niat mau nulis satu paragraf, tapi tiba-tiba malah buka belasan tab buat cari data tambahan. Akhirnya waktu habis, tulisan gak juga jadi.
Coba ubah pola itu. Pisahkan waktu untuk riset dan menulis. Misalnya, pagi fokus mengumpulkan bahan selama dua jam tanpa menulis dulu. Catat semua informasi penting, ide, atau kutipan yang ditemukan. Setelah itu, baru siang atau sore gunakan hasil riset itu untuk menulis.
Cara ini bikin kamu lebih fokus dan gak kebanyakan distraksi. Tulisan juga terasa lebih mengalir karena semua data sudah siap di depan mata.
Baca juga: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penulis Konten Pemula
2. Tentukan Batas Waktu untuk Riset
Riset bisa jadi lubang waktu yang gak ada ujungnya. Sekali buka satu sumber, bisa nyambung ke artikel lain, terus ke video, terus ke forum, sampai lupa tujuan awal. Karena itu, penting banget untuk punya batas waktu yang jelas.
Misalnya, tetapkan dua jam maksimal untuk satu topik. Pasang timer kalau perlu. Kalau waktu habis tapi masih ada yang belum kamu dapat, catat dulu hal itu untuk dicari nanti.
Tujuan riset bukan menghafal semua hal, tapi cukup paham konteks supaya tulisanmu akurat. Setelah itu, fokus pindah ke tahap menulis. Kadang, justru ide dan alur tulisan jadi lebih jelas saat kamu sudah mulai menulis, bukan saat masih tenggelam di riset.
3. Gunakan Sistem Catatan yang Rapi
Kalau kamu sering riset, kamu pasti tahu betapa cepatnya data bisa berserakan. Hari ini baca artikel bagus, besok udah lupa link-nya di mana. Makanya, punya sistem catatan yang rapi itu penting banget.
Kamu bisa pakai Notion, Google Docs, Evernote, atau bahkan buku catatan biasa. Yang penting, kamu punya satu tempat khusus untuk menyimpan hasil riset. Simpan link, kutipan, ringkasan, dan ide mentah di situ. Saat waktunya menulis, kamu gak perlu lagi buka banyak tab browser yang bikin bingung. Semua bahan sudah siap dan tersusun rapi. Selain efisien, sistem ini juga bikin kamu lebih tenang karena tahu semua informasi aman dan mudah dicari kembali.
4. Buat Outline sebelum Riset
Riset tanpa arah itu buang waktu. Kamu jadi gampang terdistraksi dan akhirnya membaca hal-hal yang gak relevan. Karena itu, buat dulu outline atau kerangka tulisan sebelum mulai riset.
Tulis poin-poin utama yang mau kamu bahas. Misalnya, kalau topiknya tentang "cara meningkatkan fokus menulis", buat subjudul seperti "mengatur lingkungan kerja", "menghindari distraksi", atau "membuat jadwal rutin".
Nah, dari situ baru kamu riset sesuai poin tersebut. Cara ini bikin proses riset jauh lebih efisien dan terarah. Kamu gak akan kebablasan membaca hal-hal di luar konteks. Selain itu, saat menulis nanti, kamu tinggal isi bagian-bagian yang sudah kamu siapkan tadi dengan hasil riset yang relevan.
5. Gunakan Teknik Waktu (Misalnya Pomodoro)
Teknik waktu bisa sangat membantu menjaga fokus, apalagi kalau kamu sering terdistraksi. Salah satu yang paling populer adalah metode Pomodoro. Sistemnya, 25 menit kerja, 5 menit istirahat.
Kamu bisa pakai satu sesi untuk riset, lalu sesi berikutnya untuk menulis. Dengan cara ini, otakmu gak terlalu capek dan tetap segar sepanjang hari. Coba juga variasi lain seperti kerja 50 menit, istirahat 10 menit.
Sesuaikan saja dengan ritme kerjamu sendiri. Yang penting, ada jeda agar pikiran bisa bernapas. Biasanya, ide-ide justru muncul di sela-sela waktu istirahat itu. Jadi jangan remehkan kekuatan jeda singkat di antara sesi kerja.
6. Jangan Lupa Waktu Istirahat
Menulis dan riset sama-sama menguras energi mental. Banyak penulis memaksa diri duduk berjam-jam di depan layar tanpa henti, padahal itu justru bikin produktivitas menurun. Otak yang lelah susah berpikir jernih, dan tulisan pun jadi gak mengalir. Jadi, jangan abaikan waktu istirahat.
Setiap satu atau dua jam, ambil jeda. Berdiri, jalan sebentar, minum air, atau keluar menghirup udara segar. Hal-hal kecil itu bisa bantu menyegarkan pikiran. Kalau tubuhmu bugar, ide juga lebih mudah muncul. Ingat, menulis itu maraton, bukan sprint. Butuh stamina dan keseimbangan biar bisa konsisten produktif setiap hari.
7. Evaluasi dan Atur Ulang Ritme Mingguan
Setiap orang punya jam fokus yang berbeda. Ada yang paling produktif di pagi hari, ada juga yang justru tajam di malam hari. Karena itu, penting untuk mengevaluasi ritme kerja kamu tiap minggu.
Catat kapan kamu paling mudah fokus riset, dan kapan kamu paling lancar menulis. Dari situ, atur ulang jadwal mingguanmu.
Misalnya, kalau kamu lebih jernih berpikir di pagi hari, jadikan itu waktu riset. Sore hari bisa kamu pakai untuk menulis santai. Evaluasi juga berfungsi untuk melihat apakah cara kerja kamu selama ini sudah efisien atau belum. Dengan sedikit penyesuaian, kamu bisa menemukan pola kerja yang lebih nyaman dan produktif.
Baca juga: 7 Cara Promosi di Facebook yang Paling Efektif
Pada akhirnya, membagi waktu antara menulis dan riset bukan cuma soal disiplin, tapi juga soal mengenali ritme diri sendiri.
Setiap penulis punya cara dan kecepatan kerja yang berbeda, jadi gak perlu memaksakan diri meniru orang lain. Yang penting, kamu tahu kapan harus berhenti mencari data, dan kapan saatnya mulai menulis. Dengan begitu, proses menulis terasa lebih ringan dan hasilnya pun lebih konsisten. Semua berawal dari keseimbangan antara fokus, waktu, dan niat baik untuk terus belajar.
Kalau kamu masih sering bingung mengatur alur kerja menulis, atau pengin punya sistem yang lebih rapi dan efisien, kamu bisa ikut mentoring menulis, baik untuk pemula maupun yang sudah berpengalaman.
Di sesi ini, kamu bisa belajar langsung cara membangun kebiasaan menulis yang realistis dan terukur, termasuk strategi membagi waktu seperti di atas. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk booking ya.
0 comments
Apa pendapat Anda?