Menulis buku nonfiksi sering kali dianggap butuh latar belakang khusus—entah itu akademis, profesi, atau pengalaman jadi penulis sebelumnya. Padahal kenyataannya, banyak buku bagus justru lahir dari orang-orang biasa yang punya cerita kuat, pengalaman unik, atau pengetahuan praktis yang jarang dibahas.
Yang penting bukan siapa yang nulis, tapi apa yang ditulis dan seberapa besar dampaknya buat pembaca.
Kalau pernah punya keinginan buat menuangkan ide atau pengalaman ke dalam buku, tapi merasa tak cukup ‘pantas’ karena bukan penulis atau ahli di bidang tertentu, mungkin waktunya untuk mengubah cara pandang.
Buku nonfiksi enggak selalu harus berat dan kaku. Justru tulisan yang datang dari pengalaman nyata bisa terasa lebih jujur dan dekat.
Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis
Menulis buku nonfiksi enggak harus ribet. Yang penting tahu dulu arah dasarnya dan paham alur kerjanya. Berikut ini beberapa langkah praktis yang bisa dijadikan panduan supaya proses menulisnya lebih terarah dan terasa lebih ringan.
1. Tentukan Masalah atau Topik yang Ingin Diangkat
Langkah pertama adalah menentukan isi besar buku. Jangan buru-buru mikirin judul atau gaya bahasa. Fokus dulu ke pertanyaan: apa sih yang mau dibahas?
Ambil dari pengalaman sendiri, keresahan yang sering dirasakan, atau ilmu yang sering ditanyakan orang. Misalnya, sering bantu orang atur keuangan, bisa jadi buku soal budgeting. Atau pernah berjuang lawan penyakit, bisa jadi buku inspirasi dan panduan.
Tak harus pintar banget. Cukup paham dan pernah menjalani. Pembaca biasanya lebih tertarik sama yang relate, bukan yang rumit. Jadi, cari satu topik yang paling kuat dan punya potensi memberi nilai buat orang lain.
Baca juga: Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas
2. Perjelas Tujuan Buku
Banyak yang mulai menulis buku nonfiksi tanpa tahu tujuan bukunya. Akhirnya, isinya ke mana-mana.
Sebelum mulai nulis, pastikan dulu: Buku ini pengin bantu siapa? Dan bantu dalam hal apa? Misalnya, mau bantu ibu rumah tangga bikin usaha rumahan. Atau bantu fresh graduate cari kerja.
Tujuan ini akan jadi pegangan selama proses menulis. Jadi setiap kali bingung, tinggal balik ke tujuan. Kalau buku punya arah yang jelas, pembaca juga akan lebih gampang menangkap maksudnya. Dan buku akan terasa utuh dari awal sampai akhir. Tujuan juga bikin proses nulis lebih terarah dan enggak bikin cepat menyerah di tengah jalan.
3. Rancang Outline Buku
Outline itu semacam kerangka. Isinya daftar poin-poin yang mau dibahas. Enggak harus langsung lengkap. Mulai saja dari bab pertama sampai akhir, cukup dalam bentuk poin atau pertanyaan.
Misalnya: Bab 1 – Kenapa Topik Ini Penting? Bab 2 – Masalah Umum yang Dihadapi, dan seterusnya.
Outline ini bikin menulis buku nonfiksi jadi lebih ringan, karena enggak harus mikir dari nol tiap kali buka laptop. Selain itu, outline bantu mengecek apakah alur bukunya sudah enak atau masih lompat-lompat.
Kalau belum biasa nulis panjang, outline akan sangat ngebantu. Bahkan kalau pun nanti pakai bantuan editor, outline bikin proses penyusunan jadi lebih efisien.
4. Tulis dengan Gaya Bahasa Sendiri
Banyak yang berpikir menulis buku nonfiksi itu harus pakai bahasa baku yang kaku. Padahal enggak. Justru buku nonfiksi yang enak dibaca itu biasanya pakai bahasa sehari-hari yang ringan dan mengalir.
Gaya bahasanya cukup sopan tapi tetap santai. Bayangkan seperti lagi mengobrol saja. Enggak perlu banyak istilah rumit, kecuali kalau memang dibahas juga artinya.
Fokus ke cara menyampaikan ide biar gampang dimengerti. Boleh banget kasih jeda, pakai kalimat pendek-pendek. Jangan memaksa pakai bahasa yang tak biasa dipakai sendiri. Pembaca bisa merasa lebih dekat kalau tulisannya terasa alami.
5. Sisipkan Cerita dan Contoh Nyata
Tulisan tanpa contoh atau cerita biasanya susah nyantol di kepala. Jadi, penting banget untuk menyisipkan kisah nyata atau pengalaman pribadi. Bisa juga pakai cerita orang lain yang relevan.
Misalnya lagi bahas cara mengatur waktu, kasih contoh nyata dari rutinitas yang dijalani. Kalau lagi bahas pengeluaran, bisa kasih ilustrasi angka yang sederhana. Cerita dan contoh ini bikin pembaca lebih kebayang.
Bukan sekadar teori, tapi ada gambaran nyata yang bisa diikuti. Selain itu, cerita juga bikin buku nonfiksi lebih hidup. Enggak kaku dan enggak terasa seperti baca makalah.
6. Revisi dan Perbaiki
Setelah draf selesai, jangan langsung puas. Tahap revisi itu krusial.
Di sini, kamu bisa baca ulang, perbaiki bagian yang janggal, atau buang yang gak perlu. Kadang pas menulis buku nonfiksi, kita enggak sadar ada bagian yang diulang, atau kalimatnya muter-muter.
Revisi bikin isi buku jadi lebih padat, jelas, dan enak dibaca. Baca keras-keras juga bisa bantu mengecek alur kalimatnya. Kalau pas dibaca terdengar janggal, berarti perlu diubah.
Jangan takut potong tulisan. Lebih baik ringkas tapi bisa menempel di kepala, daripada panjang tapi bikin bosan. Kalau perlu, minta orang lain buat bantu baca juga. Masukan dari luar bisa sangat membantu.
7. Jangan Takut Minta Bantuan Profesional
Kalau belum pernah menulis buku nonfiksi sebelumnya, wajar kalau bingung di tengah jalan. Bisa mentok ide, ragu sama tulisan sendiri, atau bingung soal penerbitan. Di sinilah bantuan dari mentor atau konsultan bisa sangat berarti.
Konsultasi penulisan buku bisa bantu dari tahap awal sampai akhir. Mulai dari menyusun ide, bikin outline, review tulisan, sampai siap terbit. Semua prosesnya didampingi, jadi lebih tenang dan enggak jalan sendirian.
Layanan konsultasi penulisan buku dari Penulis Konten cocok banget buat yang pengin nulis buku tapi masih ragu. Dengan pendampingan, buku bisa selesai lebih cepat dan lebih terarah.
Baca juga: Bagaimana Menentukan Target Pembaca untuk Website Bisnis?
Menulis buku nonfiksi bukan cuma milik mereka yang sudah punya nama atau gelar tertentu. Siapa pun bisa mulai, asal tahu cara menyusunnya dan punya semangat buat berbagi isi kepala. Gak masalah kalau belum pernah nulis sebelumnya. Yang penting berani menuangkan ide, terbuka untuk belajar, dan tahu kapan harus minta bantuan.
Butuh pendampingan biar buku impian bisa benar-benar jadi nyata? Klik di poster atau langsung di sini untuk booking layanan konsultasi penulisan buku.
0 comments
Apa pendapat Anda?